Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Apa Dampak Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Generasi Berikutnya?

14 September 2023   13:05 Diperbarui: 15 September 2023   11:00 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber. Ptsd in human brain, hundreds of crucial terms/shutterstock.

Jarang ada yang jujur kepada pasangan atas apa yang pernah ia alami di kehidupan sebelumnya dan akhirnya menjadi gelap dan menghilangkan sejarah dengan dalih "tidak ingin mengingat atau mengenang hal yang menyakitkan tersebut". Padahal tidak dikenang juga mau tidak mau memang hal itu sudah menempel di memori bawah sadar.

Apa yang pernah dialami tentu saja meninggalkan kenangan di memori otak manusia. Pada akhirnya menjadi bagian dari karakter yang akan diturunkan kepada generasi berikutnya dan begitu seterusnya.

Kita tentu pernah melihat seseorang yang melakukan KDRT seorang suami kepada istrinya atau sebaliknya. Apa yang pernah terjadi di kehidupan sebelumnya hingga bisa terjadi hal yang tidak perlu terjadi?

Seseorang anak yang membawa gen orangtua pemarah atau temperamental menikah dengan orang yang membawa gen sering mendapatkan penganiayaan. Akhirnya kekerasan seolah-olah tidak pernah berhenti, terjadi perceraian dan menikah lagi selalu mendapatkan hal yang sama secara berulang dari pasangan barunya.

Ketika kedua orang tua yang membawa gen kekerasan dan kesedihan akibat trauma orang tua sebelumnya. Lalu melakukan kekerasan di depan anak-anaknya dan menimbulkan trauma baru lagi yang bertimpa-timpa dari kedua orang tua yang tidak menyadari bahwa gen yang terbawa sudah dari beberapa generasi sebelumnya. Dan kemudian menularkan lagi kepada anak-anaknya begitu seterusnya hingga anak-anaknya menjadi seorang psikopat.

Lelah hati sudah pasti dirasakan ketika seseorang membawa gen trauma dari kedua orang tuanya dan terkadang membuat ia menjadi putus asa dan sulit menembus semua keinginannya di dunia ini karena 90 persen bawah sadarnya dikendalikan oleh trauma dari kedua orang tuanya dan seolah-olah harus dilanjutkan oleh anak-anaknya di kemudian hari.

Sangat memprihatinkan bila kita melihat mereka yang cenderung mendapatkan penganiayaan tanpa sebab yang jelas dan prinsip. Mereka juga bingung mengapa hal itu bisa terjadi di dalam kehidupannya dan ingin keluar dari lingkaran tersebut tetapi tidak mengerti harus memulainya dari mana.

Temuilah orang yang bisa dipercaya atau profesional dalam menangani hal ini, tuntaskan hingga tidak bersisa, bersama pasangan, juga anak-anak supaya tuntas dan tidak lagi menularkan pada generasi berikutnya.

Kenali, sadari, dan bertekad untuk sembuh adalah solusi terbaik untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki. Kesembuhan seseorang karena ia berniat untuk mengobatinya hingga tuntas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun