Namun aku langsung terperanjat ketika sepasang kakiku sudah melangkah masuk ke pintu utama, dan sepasang mataku langsung tertancap di sudut kafe. Di situ nampak dua orang duduk berdekatan, bukan berhadapan! Teramat dekat hingga muncul kesan mereka sangat mesra. Yang cowok teman dekatku bernama Acim, dan yang cewek, huhhh.... gadisku yang sangat kusayangi, Fatmia!
Tak pikir panjang, aku langsung balik kanan, sebelum pasangan brengsek itu mengetahui kedatanganku. Sebelum mereka menyadari diri bahwa aku telah memergoki sebuah kebohongan yang paling menjengkelkan sepanjang abad! Huh!!!
Sebelum sampai ke mobil, terlintas di benakku untuk mengkonfirmasi apa yang baru saja kusaksikan. Segera kuputuskan untuk melakukan hal itu. Tentu yang paling cepat dan praktis, lewat Hp. Kulakukan itu dari balik pohon palem besar di depan kafe, sehingga tak terlihat oleh Fatmia dan Acim.Â
Sementara aku masih bisa melihat mereka bila aku melongokkan kepala sedikit. Tak apa, yang kubutuhkan; Fatmia nampak mengangkat Hp-nya bila sudah kuhubungi. Jadi semacam mengetes, apakah gadis itu masih bohong tentang keberadaannya dan apa yang telah dia lakukan saat ini?
Benar! Aku telah sukses tersambung dengan Fatmia, seiring aku juga telah menyaksikan dia mengangkat Hp-nya.
''Halo, Aji sayang,'' sapanya lembut dan sangat jelas di telingaku. Suara dia secara langsung juga kudengar samar-samar. Kulihat dia mulai berdiri, dia mungkin merasa tidak enak pada Acim yang bisa menyimak pembicaraan dua arah dari jarak yang hanya sepelemparan batu.
''Hai, kamu di mana sekarang, Fat?'' tembakku langsung dengan dada yang mulai bergemuruh.
''Aku masih di mall, Ji. Ini baru mau ke Pizza sama temen-temen. Lapar nih,'' jawabnya, bohong!
Betul, ini sungguh-sungguh sangat bohong!
''Kamu di mana, Sayang...?'' tanyanya lagi sembari bergeser menjauh dari Acim, tapi mendekat ke aku.
Spontan aku bergegas ke mobil, menghindari dia, lalu menjawab singkat, ''di jalan. Sudah, ya? Macet nih.''