Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Keputusanmu

3 Oktober 2021   19:22 Diperbarui: 3 Oktober 2021   19:24 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tetapi kamu selalu merasa ku bebani hanya dengan permintaanku itu. Bahkan kewajibanmu untuk menafkahiku tak pernah ku minta. Dan kamu juga tak pernah memberi. Karena kamu selalu meminta pengertianku bahwa kamu harus membiayai anakmu.

***

"Kita sudah tak sejalan, dik.. Biarkan saya maju ke Pengadilan Agama.. Dik Nia selama ini juga tak melaksanakan kewajiban sebagai seorang ibu untuk anak saya.. Juga kewajiban sebagai seorang istri untuk saya..".

Pesan whatsapp itu sangat menyentakku. Akhirnya penilaianmu tentang aku, kamu nilai buruk semua.

"Hai, apakah kamu ingat kewajibanmu sebagai seorang suami untukku?", jeritku dalam hati.

Dua kali ku menerima pesan yang artinya hampir sama. Cerai. Di pertengahan tahun pertama pernikahan kami. Dan di pertengahan tahun kedua.  Bahkan kata-kata dan kalimat yang menjurus ingin sendiri saja. Tentu lebih banyak ku dengar. Sementara waktu itu aku selalu mengingatkanmu untuk tidak mudah mengucapkan itu.

Pada akhirnya kamu dan keluargamu seperti hanya menginginkan aku untuk membantumu dan anakmu meraih cita-citamu. Aku kau abaikan. 

Bukankah pernikahan itu saling? Tidak hanya keinginan dari sebelah pihak?

Sungguh, aku tak mempermasalahkan anakmu hadir di hidupku. Segala hal ku coba untuk menyadarkanmu untuk melibatkan ibu kandung dari anakmu untuk tumbuh kembang dan pendidikan anakmu. Tak layak kamu dan keluargamu menjauhkan anakmu dari ibu kandungnya. Tugasku untuk menyadarkanmu.

Tetapi sekali lagi ternyata memang benar kata orang. Baik buruk ibu tiri akan tetap dinilai buruk oleh orang lain. Dan itu terjadi. Tak mengertikah kamu, aku tak ingin anakmu tak mengenal ibu kandungnya. Dan hanya selalu menginginkan aku untuk menggantikan ibunya.

"Silakan maju..".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun