Mohon tunggu...
Zahra Adinda Khoirunnisa
Zahra Adinda Khoirunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Sumber dan Referensi Ilmu Al-Quran Dalam Perspektif Klasik dan Modern

30 November 2024   13:04 Diperbarui: 30 November 2024   19:41 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sumber dan Referensi Ilmu Al-Quran Dalam Perspektif Klasik dan Modern

Pendahuluan

Ilmu Al-Quran yang biasa disebut Ulumul Quran adalah kumpulan ilmu yang berkaitan dengan pengertian, penafsiran dan penafsiran isi Al-Quran. Dalam perkembangannya, para ulama dari berbagai era menciptakan karya-karya besar sebagai referensi bagi umat Islam. Sumber-sumber ilmu pengetahuan tersebut terus berkembang dari masa klasik hingga masa modern, dengan tetap berpijak pada Al-Quran dan As-Sunnah sebagai landasan utamanya. Artikel ini akan membahas sumber-sumber pengetahuan tentang Al-Quran baik dari sudut pandang klasik maupun modern, serta ayat-ayat Al-Quran mana saja yang dijadikan rujukan dalam setiap pembahasannya.

Sumber ilmu pengetahuan tentang Al-Quran dari sudut pandang klasik

Pada masa klasik, sumber pengetahuan tentang Al-Quran berasal dari Nabi Muhammad SAW yang merupakan sahabatnya dan Tabiân. Sumber utama yang disebutkan adalah:

1. Al-Qur'an itu sendiri

Al-Qur'an merupakan sumber ilmu Al-Qur'an yang pertama dan utama. Allah SWT berfirman:

وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ تِبْيَٰنًا لِّكُلِّ شَىْءٍۢ وَهُدًۭى وَرَحْمَةًۭ وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ

> “Dan Kami turunkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang bertakwa.”

(QS. An-Nahl: 89)

Ayat ini mengatakan bahwa Al-Quran memuat segala petunjuk yang dibutuhkan umat manusia, baik untuk urusan dunia maupun akhirat. Para ulama klasik seperti Imam Al-Zarkasyi dalam kitabnya Al-Burhan fi Ulum al-Quran sering merujuk langsung pada Al-Quran untuk memahami berbagai aspek Ulumul Quran.

2. Hadits Nabi SAW

Hadits Nabi SAW merupakan penjelasan dan pelengkap Al-Qur'an. Nabi ditugaskan oleh Allah untuk menafsirkan wahyu yang diterimanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ جَآءُوكَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ ٱللَّهَ وَٱسْتَغْفَرَ لَهُمُ ٱلرَّسُولُ لَوَجَدُوا۟ ٱللَّهَ تَوَّابًۭا رَّحِيمًۭا

> “Dan Kami tidak mengutus seorangpun rasul, kecuali dengan izin-Mu. Dan jika mereka, setelah berbuat zalim, datang kepada-Mu dan memohon ampun kepada Allah, dan Rasulullah juga meminta ampun kepada-Mu, maka niscaya mereka akan mendapati Allah yang maha bertaubat dan maha penyayang. »

(QS. An-Nisa: 64)

Nabi menjelaskan ayat-ayat umum dan memberikan rincian hukum-hukum khusus. Misalnya perintah salat dalam Al-Quran (QS. Al-Baqarah: 110) yang menjelaskan cara menunaikannya melalui hadis.

3. Ijmaâ dan Ijtihad Para Sahabat

Para sahabat yang merupakan generasi pertama umat Islam mempunyai ilmu Al-Quran yang mendalam karena mereka tinggal bersama Nabi. Konsensus mereka menjadi rujukan penting, terutama untuk memahami ayat-ayat yang memerlukan penafsiran lebih dalam. Contohnya adalah tafsir Abdullah bin Abbas terhadap ayat:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ مَنَعَ مَسَاجِدَ اللَّهِ أَنْ يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ وَسَعَىٰ فِي خَرَابِهَا

> “Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menghalangi penyebutan nama Allah di masjid-masjid-Nya dan berusaha menghancurkannya?”

(QS. Al-Baqarah: 114)

Abdullah bin Abbas menjelaskan bahwa ayat ini merujuk pada kaum musyrik Quraisy yang melarang Rasulullah beribadah di Masjid Agung.

4. Karya Klasik

Pada masa klasik muncul berbagai karya ulama yang menjadi rujukan utama dalam kajian ilmiah Al-Qur'an, seperti:

Al-Burhan fi Ulum al-Qur'an karya Al-Zarkasyi .

Al-Itqan fi Ulum al-Qur'an karya Imam As-Suyuthi.

Tafsir at-Thabari karya Imam Ath-Thabari.

Sumber pengetahuan tentang Al-Quran dari sudut pandang modern

Di era modern, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dalam cara pendekatan ilmiah terhadap Al-Quran. Selain mengacu pada sumber-sumber klasik, para cendekiawan Muslim modern telah mengembangkan metode baru dalam memahami Al-Qur'an.

1. Kajian Tematik (Tafsir Maudhuâi)

Salah satu metode modern yang banyak digunakan adalah tafsir tematik, yaitu kajian ayat-ayat Alquran menurut tema tertentu. Misalnya kajian lingkungan hidup, ekonomi Islam atau isu gender. Pendekatan ini didasarkan pada ayat:

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌۭ وَرَحْمَةٌۭ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًۭا

> “Dan Kami turunkan Al-Quran sebagai obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

(QS. Al-Isra: 82)

Ayat ini menunjukkan bahwa Al-Quran relevan untuk segala zaman, oleh karena itu diperlukan pendekatan yang sesuai dengan konteks modern.

2. Mengintegrasikan Sains

Banyak cendekiawan muslim modern yang mengintegrasikan ilmu Al-Quran dengan ilmu-ilmu kontemporer, seperti sains, teknologi, dan ilmu-ilmu sosial. Hal ini didasarkan pada firman Allah:

سَنُرِيهِمْ ءَايَٰتِنَا فِى ٱلْءَافَاقِ وَفِىٓ أَنفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ ٱلْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ شَهِيدٌ

> “Kami akan menunjukkan kepada mereka tanda-tanda (kekuatan) Kami di setiap sudut dan di dalam diri mereka, sehingga mereka dapat melihat dengan jelas bahwa Al-Quran itu benar.”

(QS. Fussilat: 53)

Para ulama seperti Harun Yahya telah mengembangkan penjelasan ilmiah yang menghubungkan ayat-ayat Al-Quran dengan penemuan ilmu pengetahuan modern, seperti penciptaan alam semesta dan teori embriologi.

3. Karya Modern

Beberapa karya kontemporer yang menjadi rujukan ilmu Al-Quran adalah:

Fi Zilal al-Quran karya Sayyid Qutb.

Mafhum al-Tafsir al-Maudhuâi Al-Quran Kecil al-Karim karya Muhammad Al-Ghazali.

Pesan Alquran Muhammad Asad.

4. Pemanfaatan teknologi digital

Di era modern ini, sumber ilmu pengetahuan tentang Al-Quran juga semakin berkembang melalui media digital. Al-Quran dapat diakses melalui aplikasi, software, dan website, sehingga memudahkan umat Islam untuk belajar. Teknologi ini memungkinkan integrasi tafsir, asbabun nuzul dan qiraat dalam satu platform.

Kesimpulan

Baik dari sudut pandang klasik maupun modern, sumber ilmu pengetahuan tentang Al-Quran selalu kembali pada landasan utama Al-Quran dan As-Sunnah. Perbedaannya terletak pada pendekatan dan metode yang digunakan untuk memahaminya. Pada zaman klasik, pemahaman Al-Qur'an lebih bergantung pada ijmaâ dan penafsiran langsung oleh para sahabat dan tabiâin, sedangkan pada zaman modern, metode ilmu pengetahuan dan teknologi digunakan untuk mempelajari lebih dalam isi Al-Qur'an. Semua ini menunjukkan bahwa Al-Quran tetap relevan di segala masa, sebagaimana firman Allah:

إِنَّ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ يَهْدِى لِلَّتِى هِىَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًۭا كَبِيرًۭا

> “Dan sesungguhnya Al-Quran ini benar-benar merupakan petunjuk kepada jalan yang lurus dan membawa kabar baik bagi orang-orang beriman yang mengerjakan amal shaleh yang pahalanya besar. ."

(QS. Al-Isra: 9)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun