"Tapi apalagi, Mas?"
"Aku belum bisa menggajimu sekarang." Suaranya masuk ke ruang pendengaranku makin melemah.
"Enggak pa-pa, Mas. Lagian baru beberapa juga. Aku ikhlas membantu Mas Tresno." Aku tak tega mengambil gaji dari bos yang sedang terkena musibah.
"Boleh kita bertemu di rumahku, Yati? Ada sesuatu yang mau aku omongkan. Tak bisa melalui HP," tanyanya.
"Baiklah. Tapi, nanti saat mantan suamiku sudah ke sini."
"Oke."
Aku pun mengakhiri percakapan lewat telepon dengan Mas Tresno. Beberapa menit kemudian, Mas Tejo muncul. Dia baru saja selesai kerja. Tak perlu lama, aku undur diri menemui Mas Tresno. Aku ke sana menggunakan ojek online. Jarak rumah sakit dengan rumah Mas Tresno tak begitu jauh, lima belas menit aku sampai di depan rumah Mas Tresno.
"Masuk, Yati." Dia menyambut dengan senyuman. Syukurlah kalau Mas Tresno sudah kembali ceria.
Mas Tresno masuk setelah memastikan aku duduk di sofa ruang tamunya. Beberapa detik kemudian, dia membawa minuman untuk kami.