"Umi apa-apaan. Yati itu calon istri Walid, Mi bukan pembantu di sini. Kenapa Umi tega."
Tanpa mendengar dan respons dari Umi Rohmah, Mas Walid segera menarik lenganku. Dia mengajakku keluar dari rumah itu. Aku masih tak menyangka hal ini terjadi. Mulutku tak bisa mengeluarkan kata-kata. Ternyata Mas Walid kalau sudah marah mengerikan sekali. Ganteng-ganteng bisa marah juga, ya.
"Mas. Apa sikap Mas tadi enggak berlebihan."
"Tidak," balasnya datar masih dengan kemudinya. Sesekali aku meliriknya, tak ada perubahan mimik wajahnya. Sejak masuk mobil tadi dia tak menolehku sedikit pun. Tampaknya amarahnya belum juga reda.
"Tadi itu ...."
"Sudah jangan bela Umi lagi. Sudah jelas di depan mataku Umi memperlakukanmu seperti pembantu. Asal kamu tahu selama ini aku sudah cukup bersabar dengan Umi, Yati."
***
Terima kasih sudah setia dengan Yati. Kalian juga bisa mampir di youtube Cerita Keren untuk cerita ini. Jangan lupa like, share, comment, dan subscribe. Semoga harimu menyenangkan. Aamiin.
Karya: Zahra Wardah
Ilustrasi: pixabay.com
Source: coretanzahrawardah.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H