Mohon tunggu...
Zahra Wardah
Zahra Wardah Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga yang hobi menulis

Selain menulis dan ngeblog (coretanzahrawardahblogspot.com), Zahra Wardah juga menekuni di dunia Layouter, Youtuber: Cerita Keren. Silakan singgah. Semoga harimu menyenangkan. Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Wanita Malam dari Desa (Bab 4)

24 Juni 2023   07:28 Diperbarui: 24 Juni 2023   07:32 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Tidak. Ini tanggung jawab saya. Sampai Yati sembuh. Tolong, di sini dulu sampai sembuh, ya." Mas Walid pun memohon. Aku bisa apa. Hanya anggukan kecil untuknya.


"Nah begitu, dong. Oh, ya aku pamit keluar sebentar, ya. Jangan ke mana-mana. Kalau ada apa-apa hubungi dokter jaga yang di depan saja." Mas Walid berlalu begitu saja.


Suaranya memang datar. Namun, itulah pesonanya aku tak berdaya. Aku menggelengkan kepala saat tersadar niatku ke kota. Aisyah. Baiklah, aku istirahat dulu. Mataku terpejam. Belum ada satu menit, terdengar suara ponsel berdering. Kuraih ponselku di tas, tapi tak ada apa-apa. Pandanganku menyisir ke segala sudut ruangan ini.


Ternyata bunyi ponsel Mas Walid yang sepertinya tertinggal di atas nakas. Beberapa kali berdering beberapa kali pula mati. Akhirnya aku memutuskan untuk mengangkat si penelepon yang tertulis di layar ponsel Mas Walid "Umi".


"Halo, assalamualaikum. Walid! Kamu di mana aja? Dari tadi Umi telepon enggak diangkat-angkat." Baru saja aku mengangkat, suara tinggi dari ujung seberang mengagetkanku sampai ponsel Mas Walid aku jauhkan sementara dari telinga.


"Walaikumussalam. Bu, ini Yati teman Mas Walid. Ponselnya tertinggal jadi ...."


Belum juga aku melanjutkan pernyataanku, orang di seberang menyela. "Di mana Walid?"


"Tadi, katanya keluar sebentar. Nanti kalau Mas Walid sudah kembali, saya sampaikan."


"Oke. Terima kasih."


Tanpa mengucapkan salam kembali, lawan bicaraku di ujung telepon memutuskan jaringan teleponnya. Aku menghela napas panjang. Lantas, kuletakkan kembali ponsel Mas Walid ke posisi semula. Kupejamkan kembali mata ini. Akan tetapi, tak bisa. Terlintas di kepalaku Aisyah. Anak yang masih balita, masih butuh kasih sayangku. Di mana kamu, Nak? Semoga kamu baik-baik saja, ya. Aku termenung. Lama-lama kepala yang sebenarnya tadi sudah pusing, kini bertambah.


"Aduh," lirihku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun