Mohon tunggu...
Zahra Wardah
Zahra Wardah Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga yang hobi menulis

Selain menulis dan ngeblog (coretanzahrawardahblogspot.com), Zahra Wardah juga menekuni di dunia Layouter, Youtuber: Cerita Keren. Silakan singgah. Semoga harimu menyenangkan. Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Wanita Malam dari Desa (Bab 4)

24 Juni 2023   07:28 Diperbarui: 24 Juni 2023   07:32 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Mas Tresno menjawab dengan anggukan pelan lengkap senyuman manisnya. Hatiku lega. Setidaknya, aku bisa menyambung hidup di kota ini demi bertemu dengan Aisyah. Aku pun undur diri dengan hati yang sedikit lega. Baru saja beranjak dari kursi, tak disangka hujan turun tiba-tiba dengan lebat.


Mas Tresno sebenarnya mencegahku untuk pulang, tetapi aku nekat pamit dengan meminjam payung Mas Tresno. Aku menerjang hujan dan angin saat itu. Di tengah perjalanan, bajuku basah kuyup oleh mobil yang lewat dengan ngebut menerjang genangan air di trotoar. Bukan hanya itu aku terkaget sampai terpeleset jatuh.


"Woi. Dasar! Enggak lihat ada orang jalan apa? Kan, jadi basah semua ini. Aduh, kakiku sakit lagi," cerocosku sambil memegang kaki kanan yang sakit.


"Kamu enggak pa-pa, Mbak?"


Di tengah suara hujan yang lebat, aku sepertinya mengenal suara itu. Aku mendongak. Benar. Dia lelaki hidung mancung itu. Mas Walid. Mungkin inikah takdir? Tak sengaja lagi aku bertemu dengannya.


"Maafkan saya. Tadi jalan tak terlalu nampak. Ternyata ada air menggenang. Dan tak sengaja mobil saya melewati genangan itu, lantas mengenai baju Mbak. Sekali lagi maaf."


Derasnya hujan ini sebagai saksi pertemuan kami. Romantis. Kami berdua diguyur hujan. Payung yang dipinjami Mas Tresno entah pergi ke mana? Aku tak begitu memedulikan ocehan lelaki di depanku ini, aku fokus. Iya, fokus dengan ketampanannya. Meski diguyur hujan dia tetap tampan, bahkan semakin tampan.


"Mbak! Mbak enggak pa-pa, kan? Mari saya antar ke rumah sakit." Jelas terlihat di wajahnya kekhawatiran.


"Eh, iya. Enggak pa-pa, Mas." Aku berusaha berdiri sendiri, tetapi tak sanggup. Jatuh lagi. Kaki kananku sepertinya terkilir.


Tanpa basa-basi lagi, Mas Walid langsung membopongku masuk ke mobilnya. Aku tak sanggup menolak lagi. Pasrah. Mulutku tak sanggup berkata-kata lagi. Mas Walid memberikan handuk baju untukku. Jangan tanya itu handuk dari mana. Aku pun tak tahu ternyata di mobil mewahnya terdapat handuk baju juga. Aku hanya menerimanya, lalu mengenakan ke tubuhku. Setidaknya sedikit meringankan rasa dingin dari tubuhku.
***


"Mas saya enggak pa-pa, kok. Saya pulang saja, ya," ucapku memelas kala dokter yang memeriksaku baru saja berlalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun