Mohon tunggu...
Zaenal Arifin
Zaenal Arifin Mohon Tunggu... Guru - Kawula Alit

Guru matematika SMP di Banyuwangi, Jawa Timur. Sedang masa belajar menulis. Menulis apa saja. Apa saja ditulis. Siap menerima kritikan. Email: zaenal.math@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hindari Su ul Adab (1)

8 Agustus 2020   05:21 Diperbarui: 8 Agustus 2020   13:42 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Crop dari karya pribadi

Su ul adab, adab yang tidak baik. Terkait kesopanan, tata krama, norma, dan semacamnya.

Lazim berlaku, su ul adab jadi penyebab tidak berkah, atau kurang berkah. Apapun yang di-su ul adab-i.

Di era milenial, orang bebas berkarya di dunia maya. Tentu, sesuai dengan tata krama ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik). Indonesia memiliki undang-undang tentang hal ini. Jika tidak salah No.11 tahun 2008.

Search dan baca sendiri. Ketik saja, "Undang-undang ITE". Jika berjodoh, pasti bertemu, cie...cie.

Katanya, ini cyber law pertama di Bumi Pertiwi. Aku kurang faham, percaya saja dech.

Pahami, amalkan. Agar tak menyesal dikemudian hari. Bagi Anda yang sering update status, copy paste, edit, share, dan teman-temannya.

Berlalu lalang buah pikiran, hasil olah rasa, karya cipta orang atau komunitas. 

Berbagai platform, media dapat digunakan.

Gratis atau berbayar. Terdaftar pada penerbit tertentu atau freelance. Teks, gambar, audio, video, dan berbagai jenis ekstensi lain.

Semua hal. Positif, negatif, menarik, nggilani, inspiratif, candaan, dan tetek bengek-nya.

Semua ada di dunia khayalan, "maya".

Biar yakin, coba tanya "Mbah Google". Ketik apa saja. Yang aneh, unik, bahkan tak terdeteksi dalam 'alamil ghaibi wasy syahadah. Insya Allah, di dunia maya banyak, mblader.

Su ul adab, jika mengutip, menjiplak, membagikan karya seseorang atau komunitas tanpa izin. Tidak berkah. apapun bentuknya.

Izin? Tidak tahu kemana, terlalu berbelit-belit, lama.

Cantumkan saja nama pembuatnya. "Karya: Si A. Oleh: Si B, Buah tangan: Si C". Dan semacamnya.

Tidak tahu nama pembuatnya?

Gampang, tulis "No Name, NN, Tanpa Nama", dan sebangsanya.

Jika mengambil dari sumber tertentu, cantumkan.

Sekarang, berbagai alamat website dapat dijadikan rujukan. Tulis saja, URL-nya.

URL? Itu lho, Uniform Resource Locator. Bahasa kerennya, "alamat laman". Itu sudah lumayan baik, beradab.

Dalam dunia pesantren, ada istilah sanad. Sanad atau sandaran, tempat bersandar. Bahasa kiai-ku, qaul mu'tamad.

Qaul, dalil yang dapat dipakai dasar, atau pegangan dalam melangkah, berpikir, bersikap, dan semacamnya. Qaul, yang jelas-jelas dapat dipertanggungjawabkan kesahihan-nya. Secara akademik, di hadapan Allah SWT.

Sambungnya sanad ilmu, menunjukkan kualitas ilmunya sendiri. Kualitas pembawa ilmu pun demikian. Berpengaruh pada kridibilitas ilmu yang dibawanya.

Sehingga ada istilah, "Al adaabu fauqal ilmi."

Kualitas ilmu seseorang dipengaruhi juga oleh kridibilitas dirinya. Adab si pembawanya.

Orang yang pelupa, tidak dapat dijadikan rujukan tentang "Bagaimana cara mempertahankan ingatan."

Atau bahasa sarkasme-nya,

"Su ul adab seorang pelupa menerangkan ilmu tentang bagaimana mempertahankan ingatan."

Apa tidak boleh seorang pelupa menerangkan bagaimana mengingat? Boleh, sangat boleh. Tentu kualitas kajiannya hanya dipermukaan. Spirit ilmunya lemah. "Wong dia sendiri pelupa."

Ya, hanya su ul adab, bukan haram menerangkan atau mengkaji.

Begitu juga dengan yang lain. Bagaimana jadinya seseorang belum pernah tahu internet, menerangkan negatifnya internet dengan detail.

Kita khususkan, pada ilmu positif, syar'i. Artinya, tidak perlu dibelokkan, misalnya, "Bagaimana orang belum pernah zina menerangkan negatifnya berzina?" Tentu akan kacau pemahamannya.

Murid, santri, pencari ilmu pun demikian. Kualitas, keberkahan ilmu yang diperoleh akan dipengaruhi adab ketika dan pasca dia menuntut ilmu.

Termasuk adab memilih guru dari ilmu-nya. Ketidak tepatan memilih guru, termasuk bagian dari su ul adab itu sendiri. Memilih guru akhlak pada orang yang tidak berakhlak bagian dari kekeliruan.

Apa tidak boleh? Boleh, sekali lagi sangat boleh. Bukan haram, hanya su ul adab keilmuan.

Dunia akademik, pesantren menganggap vital tata krama berilmu ini. Hingga membaca doa, surat Al Fatihah kepada para guru, penulis, pengarang (muallif, mushonnif) setengah diwajibkan. Demi usaha memperoleh kualitas dan keberkahan ilmu.

Dalam kajian hadis ada istilah tasalsul.

Tasalsul, mempengaruhi kualitas hadis. Kebersambungan periwayat hadis hingga Kanjeng Rasul, bagian tidak terelakkan untuk menentukan standar hadis. Bahkan, kualitas "seorang perawi" pun menjadi kajian tersendiri.

Begitu pentingnya adab, dalam berbagai bidang pun mempunyai adab-nya masing-masing. Bisa jadi tidak sama, terkait perbedaan qaul mu'tamad yang dijadikan sandaran.

Intinya, hindari ber-su ul adab. Bukan haram atau tidak boleh. Hindari, agar kualitas dan keberkahan ilmu terjaga. 

Hindari plagiasi agar tidak melanggar undang-undang ITE.

Pelanggaran berakibat pada konsekuensi. Tanggung jawab yang harus dilakukan oleh Si Pelanggar. Wallahu a'lam. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun