Sambungnya sanad ilmu, menunjukkan kualitas ilmunya sendiri. Kualitas pembawa ilmu pun demikian. Berpengaruh pada kridibilitas ilmu yang dibawanya.
Sehingga ada istilah, "Al adaabu fauqal ilmi."
Kualitas ilmu seseorang dipengaruhi juga oleh kridibilitas dirinya. Adab si pembawanya.
Orang yang pelupa, tidak dapat dijadikan rujukan tentang "Bagaimana cara mempertahankan ingatan."
Atau bahasa sarkasme-nya,
"Su ul adab seorang pelupa menerangkan ilmu tentang bagaimana mempertahankan ingatan."
Apa tidak boleh seorang pelupa menerangkan bagaimana mengingat? Boleh, sangat boleh. Tentu kualitas kajiannya hanya dipermukaan. Spirit ilmunya lemah. "Wong dia sendiri pelupa."
Ya, hanya su ul adab, bukan haram menerangkan atau mengkaji.
Begitu juga dengan yang lain. Bagaimana jadinya seseorang belum pernah tahu internet, menerangkan negatifnya internet dengan detail.
Kita khususkan, pada ilmu positif, syar'i. Artinya, tidak perlu dibelokkan, misalnya, "Bagaimana orang belum pernah zina menerangkan negatifnya berzina?" Tentu akan kacau pemahamannya.
Murid, santri, pencari ilmu pun demikian. Kualitas, keberkahan ilmu yang diperoleh akan dipengaruhi adab ketika dan pasca dia menuntut ilmu.