"Inggih Bah." Jawab Gus singkat.
"Diminum kopinya." Abah menyilahkan Gus minum.
"Kamu boleh mancing saat libur ngaji. Tidak perlu larut malam. Tidak baik. Mengajak santri, satu atau dua juga boleh." Abah meneruskan nasehatnya.
"Inggih Bah." Insya Allah, kalau begitu.
"Tidak perlu sembunyi-sembunyi. Kamu sudah dewasa, tentu tahu ukurannya." Kata abah menegaskan.
Malam larut itu ditutup dengan pertanyaan ringan abah. Tentang hasil mancing putranya.
Gurauan abah, mengomentari putra sulungnya yang ketakutan. Hingga terkencing-kencing menambah hangat suasana. Gerrrrrr....
Suasana yang lama tidak dirasakan. Rasa takzim, mendekati takut menjadi hijab mereka berdua. Malam itu sirna. Kedekatan ayah dan anak terlihat.
Dari balik pintu kamar, umi memperhatikan dengan senyum bahagia. Tak ingin merusak suasana, umi pun mengurungkan niat untuk bergabung. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI