Mohon tunggu...
Zuhdy Tafqihan
Zuhdy Tafqihan Mohon Tunggu... Tukang Cerita -

I was born in Ponorogo East Java, love blogging and friendship..\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Andai Aku Presiden RI Episode 65 – “Persepsi Tentang Seks (Part-2 Habis)”

19 Februari 2010   00:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:51 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Orientasi seks bagi calon-calon pengantin baru, mulai mendapatkan apresiasi yang positif.

"Ini amat bermanfaat." kata salah satu calon pengantin cewek. "Saya mengalami banyak peristiwa seksual sepanjang hidup saya, sangat natural, dan orientasi seks mampu menyimpulkan pengalaman-pengalaman saya selama ini dan saya mendapatkan tambahan wawasan mengenai seks. Saya berharap calon suami saya juga mempunyai persepsi yang sama mengenai seks sehingga pengalaman seks yang akan kami rintis setelah menikah mampu menjadi pengalaman yang paling indah sepanjang hidup kami.."

Efeknya, aku diundang di sebuah televisi swasta untuk melakukan wawancara eksklusif mengenai program-program selanjutnya terkait seks.

**

"Nampaknya, Anda sudah mulai mengusulkan perihal kurikulum seks di sekolah-sekolah, Mr. President.." si presenter yang cantik mulai memancingku.

"Iya. Ada semacam sentuhan seks. Tapi saya tak mau menyebutnya sebagai pendidikan seks. Saya akan menamakannya sebagai 'Pendidikan Kedewasaan Manusia'." jawabku.

"Ada alasan mengenai itu?"

"Sebuah pendidikan kedewasaan manusia akan lebih komprehensif membahas segala aspek pertumbuhan manusia. Bukan hanya sekedar seks. Ini akan menyentuh aspek psikologi juga. Tidak hanya fisik. Ruhani juga. Tidak hanya jasmani."

"Bisa diberi contoh?"

"Yaa.. misalkan seorang anak remaja yang mulai puber dan melakukan onani setiap hari.. kepada anak itu akan kita berikan konsultasi privat mengenai pertumbuhan kedewasaannya. Jadi agar tak ada efek psikologis baginya. Agar ia tidak kaget.. tidak minder.. tidak syok.. dan bagaimana ia menyikapi itu semua. Pengalamannya itu. Soalnya.. ya.. terus terang.. ketika kita mengalami hal-hal seperti itu untuk yang pertama kalinya.. kita amat kaget secara psikologi.. dan waktu itu.. tak ada sama sekali yang menunjukkan mengapa hal itu terjadi pada saya.. eh.. lho.. kok ngelantur.."

"Jadi.. maksud Mr. President.. dulu sewaktu Mr. President.. puber.. sering melakukan onani setiap hari.. ?"

"Ah.. jangan nanya-nanya soal onani.. itu hal yang amat sensitif.."

"Mr. President.. ini amat penting. Bisa diceritakan bagaimana Anda onani??"

"Ah.. jangan ah.. kan saya malu.. "

"Tepatnya dimana, Mr. President.. mungkin.. pengalaman pertama..?"

"Eh.. di sumur bor dekat sawah.."

"Sumur bor dekat sawah?? Bagaimana caranya??"

"Ya saya berada di aliran air yang paling deras itu.. dan aliran air yang deras itu.. menggoncang-goncang burung saya.."

"Lantas??"

"Yaa.. kurang ingat sih.. tapi yang jelas.. enak.."

Tayangan iklan di wawancara itu harus segera muncul mengingat sang presenter yang cantik itu selalu menanyaiku perihal teknis onani. Terlalu vulgar dan tak beradab. Berkali-kali ada sensor. TUUUUTTTT..

**

Acara orientasi seks bagi calon pengantin baru amatlah lancar kecuali pada suatu ketika, sahabatku yang seksolog itu tengah mengadakan acara orientasi seks di sebuah tempat paling terpencil di negeri ini. Dia terpaksa memanggilku karena ada sepasang calon pengantin yang amat istimewa. Pasangan calon pengantin ini sungguh sangat naifnya, hingga apa yang akan mereka lakukan di malam pertama pun tak ada di otak mereka. Byuhh!!

"Tumben kamu memanggilku, sobatku.." sapaku pada mbak seksolog.

"Iya Mr. President. Ada sepasang calon pengantin yang sama sekali tak tahu apa yang harus mereka lakukan di malam pertama.." jawabnya.

"Lho.. masak sih?"

"Yah.. begitulah."

"Berarti kita harus memberikan konsultasi yang intens kepada mereka. Ini kejadian yang amat jarang terjadi.."

"Saya akan membantu Anda, Mr. President.."

**

Aku mendatangi rumah calon mempelai wanita, bertemu kedua orang tuanya dan mulai membicarakan rencana-rencana. Aku yakin, malam pertama kedua mempelai ini pasti ada di rumah ini.

"Ada apa Mr. President hingga Anda datang ke tempat kami. Sebuah kehormatan buat kami, Mr. President.." tanya ayah calon mempelai wanita.

"Iya benar pak. Saya telah mengadakan orientasi pembekalan kepada calon pengantin, termasuk putri bapak dan calon suaminya. Dan berdasarkan pengamatan kami, mereka itu tak tahu apa yang harus dilakukan setelah menjadi pengantin.."

"Masak sih.. mereka sudah pintar Mr. President.."

"Ya.. kalau tak percaya.. coba dilihat saja, Pak. Saya hanya akan memberikan semacam asistensi terhadap mereka.."

"Ooh.. begitu ya.."

**

Syahdan, acara resepsi yang meriah pun telah digelar. Aku juga diundang. Kulihat, kedua mempelai amatlah aneh. Ekspresi mereka di pelaminan amat datar-datar saja. Dan setelah resepsi usai.. merekapun bersiap menikmati malam pertama mereka.

Dan aku menunggu kejadian esok paginya. Aku mendatangi rumah itu lagi.

"Gawat Pak Presiden. Tadi pagi, menantu saya marah-marah. Putri saya juga marah-marah.." lapor ayah pengantin putri.

"Lho.. mengapa begitu? Apakah kekhawatiran saya bisa terbukti?" aku semakin penasaran.

"Mereka marah-marah dan berteriak-teriak. Katanya.. menjadi pengantin itu nggak enak. Nggak bebas. Malah menurut mereka, mereka telah kehilangan sebagian tempat tidur mereka.. yang biasanya bisa digunakan bebas.. kini mereka harus berbagi.."

"Nah itu.."

"Trus.. saya perhatikan menantu dan putri saya tadi pagi.. mereka juga tidak keramas.. trus.. tidak tampaklah mereka itu sumringah sebagaimana pengantin baru yang baru saja melewati malam pertama.."

"Nah itu.. perlu diselidiki.."

**

Saya harus mencari waktu untuk berkonsultasi dengan mereka.

"Mengapa sampean ini.. jadi pengantin kok.. tidak merasa enak..?" tanyaku.

"Maaf Pak Presiden.. bagi kami.. jadi pengantin itu.. gerah, sumuk, tidur uyel-uyelan.. pokoknya nggak enak sama sekali.." jawab mereka bergantian. Intinya sama. Jadi pengantin memang tidak enak.

Aku akan mencoba memancing mereka.

"Lho.. di malam pertama itu.. apakah sampean tidur berdua.. memakai baju..??"

"Iya dong Pak Presiden. Kalau nggak memakai baju.. ya jelas nggak nyaman. Kami pasti kedinginan.."

"Lhoh.. gimana sih.. jadi pengantin baru itu.. pas malam pertama.. jangan pakai baju.. itu lebih enak.." saranku spontan.

"Begitu ya??"

"Iya.. so pasti. Sudahlah.. pokoknya.. nanti malam, sampean ulangi malam pertama dengan tidak memakai baju berdua di kamar.. oclek??"

"Oclek.."

Kedua mempelai nampak senyum-senyum. Penuh harapan.

**

Esok paginya.. aku mendatangi mereka lagi.

"Pak Presideenn.. gimana sih.. katanya.. nggak pakai baju.. enak. Eeh.. malah kami berdua digigiti nyamuk.. trus kedinginan.. jadi.. sama sekali jadi pengantin itu.. nggak enak.." teriak kedua mempelai itu.. dan aku semakin bingung.

Aku berpikir keras. Apa sih yang dilakukan kedua manusia ini di kamar?? Jadi mereka sama sekali tak melakukan apa-apa. Mereka hanya tidur berdua.. nggak pakai baju.. dan tidak melakukan apa-apa. Dan mereka menyimpulkan bahwa menjadi pengantin itu tidak enak. Duh..

**

"Ya sudah.. begini saja.." aku membisiki sesuatu ke telinga pengantin cowok.. dan kemudian aku juga membisiki sesuatu ke telinga pengantin cewek. Aku sedang memberikan instruksi penting bagi mereka. Sebuah teknis supaya malam mereka menjadi 'enak', dengan teknis tertentu. Ini amatlah tak bisa diungkapkan karena bakal tak lulus sensor dan aku bisa ditegur admin.

"Paham??" tanyaku kemudian.

Si mempelai cowok masih mengerut dahinya.

"Jadi.. jadi.. maksud Anda.. saya harus.. " pengantin cowok itu masih ragu-ragu.

"Sssssttttt.... jangan diucapkan.. amat mengganggu telinga saya!!" jawabku spontan, menyetop mulutnya. "Sebut saja.. itu Langkah pertama.."

"Langkah pertama??"

Aku menganggukkan kepalaku tanda oke, dan kedua mempelai itupun saling pandang, dan manggut-manggut juga.

**

Esoknya, aku kembali mendatangi mereka berdua.

"Pak Presideen.. kami semakin muak dengan saran Anda. Sama sekali tak enak. Malah pinggang saya pegal karena saya tak bisa mengubah posisi tidur saya." keluh pengantin cowok. "Sampai pagi menjelang, saya tak menemukan apapun yang menyenangkan. Justru dada saya sesak, kesulitan bernafas. Begitu pula isteri saya. Dia merasa tertekan.. seperti terinjak gajah.."

Aku berpikir lagi. Apa yang sudah mereka lakukan semalam, ya??

"Ya begini Pak Presiden. Saya sudah menuruti nasihat Anda.. Yang Anda sebut Langkah pertama itu.. sudah saya lakukan hingga pagi. Dan tak ada enaknya sama sekali.."

Haduh.. aku jadi berpikir keras lagi.

"Ooh.. ya ampun. Ada Langkah kedua yang belum kuberikan kepada mereka.." gerutuku.

**

"Begini sajalah kalau begitu. Nanti malam, saya akan standby di luar kamar pengantin sampean. Saya akan membawa kentongan. Saya akan pukul kentongan itu.. TOK.. dan sampean lakukan Langkah pertama.. kemudian saya pukul lagi kentongan itu.. TOK.. dan sampean lakukan Langkah kedua.. dan jika saya pukul lagi.. TOK.. Langkah pertama lagi.. TOK.. Langkah kedua lagi.." aku memberikan saran terakhir.

Dan keduanya manggut-manggut. Tersenyum. Secercah harapan muncul di malam pengantin yang kesekian.

**

Malam itu aku telah bersiap di luar kamar kedua mempelai itu sambil membawa kentongan. Pemandangan yang aneh bin ajaib bin jorok bin tak mungkin. Mana mungkin ada pemandangan seorang presiden berada di luar kamar pengantin baru sambil membawa kentongan???

Aku mulai memukul kentongan itu. TOK. Memberi jeda sedikit. TOK.. kupukul lagi.. jeda sedikit.. TOK.. kupukul lagi.. TOK..

Deg-degan sekali aku.. membayangkan apa yang terjadi di dalam kamar pengantin.

TOK.. kupukul lagi.. jeda sedikit.. TOK.. kupukul lagi..

Tiba-tiba seorang hansip mendatangiku sambil berteriak-teriak dan merebut kentongan dariku. Dasar hansip kampung yang kampungan. Main rebut dan serobot aja.

"Pak Presiden. Ada kebakaran di dekat rumah Pak RT. Kasihkan kentongannya pada saya.."

Dan hansip itu memukul kentongan tanpa ampun. Sekeras-kerasnya dan sekuat-kuatnya. Berkali-kali, sambil berteriak,"Kebakaraaaannnnn!!!!"

TOK TOK TOK TOK TOK TOK. Bertalu-talu.

Aduuuhhh...

**

Keesokan harinya, aku mendengar sepasang pengantin itu sudah bercerai.

Yah.. makanya.. orientasi seks bagi calon pengantin itu.. menjadi penting..

[ salam pengantin ]

Catatan Kecil dari Penulis

Saya sedikit terganggu dengan isu RPM Konten. Bukannya saya tak mau menaati aturan yang sedang dibuat negara, tapi saya merasa jari-jari saya yang menari-nari diatas keyboard terasa lesu dan tak begitu bertenaga jika ada aturan main yang bisa membatasi sebuah kreatifitas. Saya sedikit gusar.

Zuhdy Tafqihan

www.kompasiana.com/z

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun