"Saya masih repot. Ada hal penting yang harus saya kerjakan.." dan Ontoseno pun sudah masuk konspirasiku.
**
DENG DENG!!! Aku datang seperti pahlawan. Tepatnya, seperti Bung Tomo di pertempuran 10 Nopember.
"Ada apa sih? Kok ribut-ribut..?" aku pura-pura cengengesan. Dan dia terpaksa harus menjawab pertanyaanku. Terpaksa harus bicara denganku. Dan kulihat matanya jelas meminta pertolongan kepadaku. Ooh.. mata itu.. sungguh indahnya..
"Ada tikus.." ceracaunya. Masih tidak simpatik. Nggak apa-apa, man!!
Aku memperhatikannya sebentar, dan masuk ke ruangan Natalia. Aku menutup pintu ruangannya, dan segera kuambil apa saja yang ada di situ untuk memukul sang tikus, melirik ke arah tikus itu sembunyi, dan BUG! BUG! tanpa ampun tikus itu kelenger kena pukulanku. Aku keluar dari ruangan Natalia sambil membawa tikus-tikus kelenger itu, dan sesuai skenario, Jemangin muncul dan mengambil tikus-tikus itu dariku.
"Sangat tidak manusiawi! Presiden republik ini harus menangkap tikus-tikus genit yang sombong di pagi hari.." kataku sambil ngeloyor pergi. Diam diam, aku memperhatikan Natalia yang sewot, tapi nampak ada keinginan untuk minimal menyapaku. Ah.. bentar lagi dia bakal kayak motor yang di-tune up!!
**
Dan sore itu dia datang kepadaku.
"Terima kasih telah mengusir tikus.."
"Sama-sama.."