**
Kupikir, amatlah bijak jika Jemangin kusuruh untuk menunggui Natalia membaca surat itu. Mungkin dia akan membalasnya atau membuangnya ke tempat sampah, aku harus tahu.
Dan segera setelah bunga dan suratku terkirim, kulihat malah Jemangin kembali kepadaku dengan membawa bunga itu lagi.
"Mr. President.. Dia mengembalikan bunga Anda. Dan menulis surat juga buat Anda.." kata Jemangin.
Aku kaget mendengar cerita Jemangin.
**
Aku memperhatikan bunga segar itu, dan terselip kertas di dalam amplop. Aku lekas membukanya.
Untukmu!!
Aku peduli denganmu. Tapi aku tak suka kamu mengobral permintaan maaf. Harus ada jeda waktu untuk merenungi semua ini darimu.
Obral permintaan maaf hanya akan membuat kata maaf menjadi hambar dan tak berharga.
Bukankah aku seharusnya sulit melupakan kejadian manyun di sebuah tempat yang aneh, sangat-sangat aneh karena mirip sarang mafia narkoba internasional, dengan memperhatikan deras air hujan dan petir menyambar-nyambar dengan hanya sendiri? Tanpamu yang melupakan janjimu menemaniku?