**
Banyak sekali pertanyaan. Aku harus menjawabnya.. Dan inilah kisahku..
Pada jaman dulu kala.. saat aku menjelang SMP..
Liburan panjang menjelang masuk SMP sudah tiba. Liburan yang amat bersejarah, karena aku akan disunat.
"Kamu akan disunat oleh seorang dokter. Namanya Dokter Noor." kata papiku serius. "Kamu tidak akan merasakan sakit karena Dokter Noor adalah dokter sunat yang modern. Jadi.. tenang sajalah."
Papi bermaksud membesarkan hatiku meski aku tetap cemas dan selalu berkeringat dingin hingga suatu sore yang bersejarah itu telah tiba. Aku sudah berada tepat di depan rumah praktek Dokter Noor setelah kurang lebih perjalanan memakai mobil sewaan sekitar ½ jam dari rumahku. Aku diantar sama papi dan Omku yang bernama Om Arip.
"Mm.. ini ya yang akan disunat." sapa Dokter Noor yang ramah. Aku dipersilakan masuk ke ruang prakteknya, dan aku disuruh berbaring.
Dokter Noor memang sudah paro baya dengan kacamata yang agak tebal. Namun, dandanan rambut dan bajunya amatlah rapi dan bersih. Di luar ruang prakteknya, tersedia kursi tunggu yang hanya diisi oleh beberapa orang saja yang mungkin hanya berobat biasa. Tidak sunat seperti aku.
"Tenang saja. Sebelum disunat, Saya akan menyuntikkan beberapa mili obat bius ke tititmu." kata Dokter Noor tenang dan datar. Tapi bagiku, itu adalah kata-kata layaknya ledakan bom atom Hiroshima. Jadi.. tititku.. mau disuntik dulu.. Busyeeet.
"Mm.. maaf Dokter." aku berusaha protes.
"Ya.. ada apa?" tanya Dokter Noor sembari melihat takaran milimeter di jarum suntiknya.