Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Memungut Tiga Mutiara dalam Cerpen Ratna

19 November 2024   15:00 Diperbarui: 19 November 2024   18:10 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

whatsapp-image-2024-11-19-at-13-07-06-c2dce2bf-673c2fa3c925c43127764914.jpg
whatsapp-image-2024-11-19-at-13-07-06-c2dce2bf-673c2fa3c925c43127764914.jpg
Adik Mbak Ratna, Bapak Benny Ibrahim (Sumber: Abdul Malik)

Jalan Lawas dan Kini Kota Malang

Membaca cerpen Ratna Indraswari Ibrahim “Pohon Kenari di Willem Straat” membawa kita semua ke suasana masa Kolonial Belanda di Kota Malang. Nama “Willem Straat” pun memiliki arti tersendiri. Nama yang identik dengan Kolonial Belanda.

Dilansir dari laman ngalam.id yang mengambil sumber data dari : “Sekilas Kota Malang – Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang” terdapat 189 nama Jalan Doeloe dan sekarang di kota Malang.

Kata imbuhan -straat, -plein, atau -weg merupakan imbuhan nama jalan di Malang tahun 1924-1928. “Willem Straat” merupakan salah satu yang termasuk dalam ke-189 nama jalan era Kolonial Belanda yang kini menjadi jalan Diponegoro.

Indonesia, terlebih kota Malang sangat lekat sejarahnya dengan Belanda. Hal ini terbukti bahwa beberapa ruas jalan di kota Malang masih sama dengan ketika zaman Kolonial Belanda seperti Jl. Kawi (dulu Kawi-straat), Jl. Malabar (dulu Malabar-weg), Jl. Taman Gayam (dulu Gayam-plein).

Nama-nama tersebut di atas, termasuk ke-189 nama jalan berdasarkan buku “Malang Beeld van een stad” (wearemania.id).

whatsapp-image-2024-11-19-at-13-07-03-328aa647-673c311dc925c448d5476513.jpg
whatsapp-image-2024-11-19-at-13-07-03-328aa647-673c311dc925c448d5476513.jpg
Dalam kamar kerja dan istirahat Mbak Ratna semasa hidup - sekarang menjadi Rumah Budaya (Sumber: Abdul Malik)

Menyibak Kembali Gambaran Masa Lalu

Melalui cerpen ini tim jurnalistik yang merupakan siswa gen Z dapat memahami sebagian kecil dari sejarah nama jalan zaman dulu di kota Malang. Hal ini mencuat di kepala ketika membaca kisah Mami Bulan, Bulan, dan mbah Jum yang tertuang dalam cerpen ini.

Melalui cerpen ini pula secara tidak langsung Ratna menyibak kembali gambaran masa lalu, sebuah kisah nostalgia yang indah dikenang; ada pohon tua bersejarah “Pohon Kenari”, ada “Willem Straat” nama jalan yang sarat dan kental dengan nuansa Kolonial Belanda dan sejarah nama jalan-jalan di zaman itu. (Yy)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun