Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Memungut Tiga Mutiara dalam Cerpen Ratna

19 November 2024   15:00 Diperbarui: 19 November 2024   18:10 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam diskusi ringan setelah membaca seluruh isi cerpen Mbak Ratna yang lekat dengan Bahasa yang ringan dan mudah dipahami, terkandung tiga mutiara yang berkilau di baliknya. Tiga mutiara ini adalah tiga poin penting yang dapat dipetik sebagai satu bagian sejarah di masa lalu.

whatsapp-image-2024-11-19-at-13-07-04-f4c60ee1-673c303634777c3040257332.jpg
whatsapp-image-2024-11-19-at-13-07-04-f4c60ee1-673c303634777c3040257332.jpg
Membaca cerpen "Pohon Kenari di Willem Straat"(Sumber: Abdul Malik)

Isi cerpen “Pohon Kenari di Willem Straat” sangat menggambarkan sejarah kota Malang, khususnya keberadaan rumah di jalan Diponegoro yang sudah ada sejak tahun 1914 dengan banyak pohon kenari yang tinggi menjulang dan berjajar di sepanjang jalan Diponegoro dan mengungkap nama-nama jalan di kawasan tersebut era pemerintahan Belanda.

Mari kita menelusuri sepenggal sejarah masa lalu melalui tiga mutiara atau tiga poin yang dapat dipetik dan dipungut dari isi cerpen Mbak Ratna ini.

Rumah Anno 1914

Setelah membaca, mengupas dan memahami cerpen karya Ratna Indraswari Ibrahim yang berjudul “Pohon Kenari di Willem Straat” ini, salah satu yang dapat diketahui adalah bahwa rumah di sepanjang jalan Diponegoro (yang dulu bernama Willem Straat) erat hubungannya dengan masa Kolonial Belanda, pohon kenari, dan juga kenangan di dalamnya.

Pada bagian depan fasad (muka bangunan) Jl. Diponegoro 3 ini tertulis dengan jelas ANNO 1914. Ini menandakan bahwa rumah ini dibangun pada tahun 1914 tepat pada tahun yang sama dengan lahirnya kota Malang pada 1 April 1914. Tahun ini adalah tahun ke-110 berdirinya rumah ini yang sekarang menjadi “Rumah Budaya Ratna.”

whatsapp-image-2024-11-19-at-13-23-09-1edbb9f0-673c2ee0ed641533bd32f482.jpg
whatsapp-image-2024-11-19-at-13-23-09-1edbb9f0-673c2ee0ed641533bd32f482.jpg
Rumah Budaya Ratna Jl. Diponegoro 3 dh. Willem Straat anno 1914 (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Menjadi satu hal yang istimewa, karena jalan Diponegoro yang dulunya Willem Straat merupakan Kawasan perumahan baru untuk golongan orang Eropa yang dikenal dengan nama “Orenjebuurt” atau “daerah oranye.”

Jl. Diponegoro atau Willem Straat ini masuk dalam Bowplan I Thomas Kaarsten tahun 1916 yang dibangun mulai 18 Mei 1917 hingga 21 Februari 1918. Luas arealnya 12.939 meter persegi, dan setelah selesai pembangunannya perumahan ini segera dihuni oleh golongan orang Eropa.

whatsapp-image-2024-11-19-at-13-24-56-5c9802e2-673c2f51c925c432d41899a4.jpg
whatsapp-image-2024-11-19-at-13-24-56-5c9802e2-673c2f51c925c432d41899a4.jpg
Bowplan I 1916 (Sumber: Abdul Malik)

Nama-nama jalan di Kawasan “Oranjebuurt” ini menggunakan nama-nama anggota keluarga kerajaan Belanda, seperti :

  • Wihelmina straat (sekarang Jl. Dr. Cipto)
  • Juliana straat (sekarang Jl. R.A. Kartini)
  • Emma straat (sekarang Jl. Dr. Sutomo)
  • Maurits straat (sekarang Jl. M.H. Thamrin)
  • Sophia straat (sekarang Jl. Cokroaminoto)
  • Willem straat (sekarang Jl. Diponegoro)            

Pohon Kenari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun