Dalam diskusi ringan setelah membaca seluruh isi cerpen Mbak Ratna yang lekat dengan Bahasa yang ringan dan mudah dipahami, terkandung tiga mutiara yang berkilau di baliknya. Tiga mutiara ini adalah tiga poin penting yang dapat dipetik sebagai satu bagian sejarah di masa lalu.
Isi cerpen “Pohon Kenari di Willem Straat” sangat menggambarkan sejarah kota Malang, khususnya keberadaan rumah di jalan Diponegoro yang sudah ada sejak tahun 1914 dengan banyak pohon kenari yang tinggi menjulang dan berjajar di sepanjang jalan Diponegoro dan mengungkap nama-nama jalan di kawasan tersebut era pemerintahan Belanda.
Mari kita menelusuri sepenggal sejarah masa lalu melalui tiga mutiara atau tiga poin yang dapat dipetik dan dipungut dari isi cerpen Mbak Ratna ini.
Rumah Anno 1914
Setelah membaca, mengupas dan memahami cerpen karya Ratna Indraswari Ibrahim yang berjudul “Pohon Kenari di Willem Straat” ini, salah satu yang dapat diketahui adalah bahwa rumah di sepanjang jalan Diponegoro (yang dulu bernama Willem Straat) erat hubungannya dengan masa Kolonial Belanda, pohon kenari, dan juga kenangan di dalamnya.
Pada bagian depan fasad (muka bangunan) Jl. Diponegoro 3 ini tertulis dengan jelas ANNO 1914. Ini menandakan bahwa rumah ini dibangun pada tahun 1914 tepat pada tahun yang sama dengan lahirnya kota Malang pada 1 April 1914. Tahun ini adalah tahun ke-110 berdirinya rumah ini yang sekarang menjadi “Rumah Budaya Ratna.”
Menjadi satu hal yang istimewa, karena jalan Diponegoro yang dulunya Willem Straat merupakan Kawasan perumahan baru untuk golongan orang Eropa yang dikenal dengan nama “Orenjebuurt” atau “daerah oranye.”
Jl. Diponegoro atau Willem Straat ini masuk dalam Bowplan I Thomas Kaarsten tahun 1916 yang dibangun mulai 18 Mei 1917 hingga 21 Februari 1918. Luas arealnya 12.939 meter persegi, dan setelah selesai pembangunannya perumahan ini segera dihuni oleh golongan orang Eropa.
Nama-nama jalan di Kawasan “Oranjebuurt” ini menggunakan nama-nama anggota keluarga kerajaan Belanda, seperti :
- Wihelmina straat (sekarang Jl. Dr. Cipto)
- Juliana straat (sekarang Jl. R.A. Kartini)
- Emma straat (sekarang Jl. Dr. Sutomo)
- Maurits straat (sekarang Jl. M.H. Thamrin)
- Sophia straat (sekarang Jl. Cokroaminoto)
- Willem straat (sekarang Jl. Diponegoro)