Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Artefak Linggopala Ganesha Bukti Eksistensi Mpu Bulul dan Bunulrejo

25 November 2023   10:00 Diperbarui: 28 November 2023   13:20 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Sumani dan Mbah Rusiyem adik Mbah Dasir, pemilik tanah area situs di Kampung Mbeji Gang Buntu | dok. pribadi 

       Mbah Rusiyem adalah adik kandung Mbah Dasir seorang pegawai Dinas Kebersihan Kota Malang seperti dikisahkan pada tulisan sebelumnya merupakan pemilik rumah tepat di area situs taman dan telaga ini berada.

       Dengan gamblang dan jelas Mbah Rusiyem menceritakan bahwa di area situs taman dan telaga inilah arca dewa Hindu Ganesha ini ditemukan pada masa kolonial Belanda. 

       Pada waktu itu area ini milik seorang meneer Belanda bernama Brismach. Meneer Brismach menikah dengan nenek buyut mbah Dasir dan mbah Rusiyem yang berasal dari Tengger dan menganut agama Hindu.

       Arca ini dirawat dengan baik dan sangat diagungkan oleh keluarga meneer Brismach dan dipercaya sebagai penjelmaan seorang yang punya peranan penting pada masa lampau.

Mbah Sumani dan Mbah Rusiyem adik Mbah Dasir, pemilik tanah area situs di Kampung Mbeji Gang Buntu | dok. pribadi 
Mbah Sumani dan Mbah Rusiyem adik Mbah Dasir, pemilik tanah area situs di Kampung Mbeji Gang Buntu | dok. pribadi 

       Dengan didampingi suaminya, Mbah Rusiyem bercerita bahwa sesuai  mitos yang diyakini warga setempat pada waktu itu, arca Ganesha ini dijuluki  "Mbah Mbeji Sari" yang mempunyai pendamping seorang putri bernama Trisnawati.

       Dijuluki "Mbah Mbeji Sari" karena arca ini terletak persis di situs taman dan telaga yang dikenal dengan Kampung Beji dan mempunyai kondisi ekologi kampung yang dilengkapi dengan telaga atau kolam atau beji.

       Jauh sebelumnya terdapat tiga batu besar di samping arca yang kemudian dihancurkan oleh warga setempat. Mbah Rusiyem tidak mengetahui secara pasti mengapa tiga batu itu dihancurkan karena pada saat itu beliau masih kanak-kanak.

       Masih lekat dalam ingatan Mbah Rusiyem bahwa setiap kali ada warga  yang mengadakan selamatan harus memberi sesajen pada arca "Mbah Mbeji Sari" jiika tidak ingin kena sawan atau tulah.

       Sandingan atau sesajen yang diletakkan di arca "Mbah Mbeji Sari" ini cukup banyak. Isi sesajen berupa bunga, nasi pucat, nasi putih, jenang merah, air badhek (ragi tape ketan hitam), air putih, uang satu sen, gula aren, nasi lengkap dengan leher, sayap, ekor, kaki atau ceker dan jerohan ayam yang diletakkan dalam canang atau takir. Selain memberi sesajen juga dilakukan ritual membakar merang dengan menyan dari Arab yang mempunyai wewangian yang khas.

       Pada part ini Mbah Rusiyem bercerita sambil tak henti tertawa. Rusiyem kecil pernah hilang dan baru diketemukan keesokan harinya tidur di samping arca "Mbah Mbeji Sari". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun