Salah satu toponim adalah Dusun Pungkuran. Nama Pungkuran muncul karena wilayah ini berada di belakang benteng Keraton Pleret, dalam istilah Jawanya disebut "mungkuri" atau membelakangi.
Penggalian struktur arkeologis oleh Dinas Kebudayaan DIY pada tahun 2011 menemukan struktur benteng Keraton. Temuan ini berupa bagian dari struktur benteng keliling bagian dalam dari keraton yang disebut juga dengan Benteng Cepuri sisi selatan.Â
Struktur tersebut berbentuk serong sehingga tidak tepat berorientasi barat-timur. Selain itu, bentuk benteng keraton Pleret adalah jajargenjang. Berdasarkan peta kuna, luas tembok keliling adalah 2256 m dengan tinggi 5-6 meter, lebar 1,5 meter (bagian atas) dan lebar bagian dasar 2,8 meter. Menurut Babad Sengkala, disebutkan bahwa material dinding benteng merupakan bata merah dengan hiasan puncaknya dari batu putih.
Museum Pleret berjarak kuranglebih 12 km dari pusat kota Yogyakarta. Bila ingin berkunjung ke sana, dari Terminal Giwangan, ikuti Jalan Imogiri Timur ke arah Selatan sampai kemudian menemukan perempatan Jejeran Wonokromo. Ambil arah yang ke kiri, kurang lebih 2 km ke arah timur, kompleks situs bersejarah Pleret tepat berada di kanan jalan di Jl Raya Pleret.Â
Waktu kunjungan museum setiap hari pukul 08.00-15.30 WIB, hari Jumat pukul 08.00-14.30 WIB, hari besar nasional tutup. Tiket masuk gratis.
Jadi jangan lupa jas merah yaa...jangan melupakan sejarah!
Selamat menikmati...selamat berliburan...:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H