Situs Kerto
Situs Kerto merupakan situs bekas Keraton Mataram Islam pada masa pemerintahan Sultan Agung. Menurut Babad Momana, disebutkan bahwa Keraton Kerto adalah keraton kedua Mataram yang dibangun pada tahun 1539 J atau 1617 M.
Situs tersebut menempati lahan yang lebih tinggi kurang lebih 1-1,5 m dari tanah sekitarnya, sehingga oleh masyarakat disebut "lemah dhuwur". Situs Kerto dulunya merupakan Sitihinggil Keraton Kerto. Bangunan Sitihinggil merupakan bangunan untuk menerima tamu raja.
Pada bagian tengah umpak terdapat lubang untuk menancapkan tiang kayu. Sebelum tahun 1970-an, di situs ini terdapat 2 buah umpak, namun kemudian salah satu umpak itu dipindahkan dan digunakan sebagai saka guru Masjid Sakatunggal di Kompleks Tamansari pada masa HB IX.Â
Pada umpak terdapat ragam hias berupa penyamaran huruf Arab yang terdiri dari mim, ha, dal. Jadi, jika huruf Arab tersebut disatukan akan membentuk kata "Muhammad".
Bata Raksasa
Bata atau batu bata temuan di kawasan Situs Pleret memiliki ukuran yang cukup besar. Ekskavasi arkeologis yang dilakukan sejak tahun 70-an hingga saat ini dan telah dijadikan Open Site Museum.Â
Berdasarkan temuan terutama struktur batu ata memiliki karakteristik yang berbeda baik ukuran, kekuatan dan penempatan dalam struktur. Berdasar data, ukuran batu bata terbesar yang ditemukan adalah di kawasan reruntuhan Masjid Agung Kauman Pleret dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 27 cm dan tebal 10 cm. Bandingkan dengan ukuran batu bata saat ini, yaitu dengan dimensi kurleb 12 x 5 x 2,5 cm!
Bukti-bukti bahwa Pleret merupakan bekas suatu kerajaan salah satunya adalah toponim nama-nama dusun di sekitar Pleret. Toponim merupakan nama wilayah yang menggambarkan peristiwa pada masa lalu.Â