Mohon tunggu...
Yusrizal Karana
Yusrizal Karana Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dengkul

21 Juli 2024   16:02 Diperbarui: 21 Juli 2024   16:02 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kelainan bagaimana?" kejar Narti.

"Kalau pun ada kelainan di dengkul, kan masih jauh dari kepala Pak," sergah Narti tidak percaya.

"Masak kelainan di dengkul bisa jadi amnesia?"

Pak Mijan hanya mesem-mesem mendengar celoteh istri Bambang. Tidak ingin reputasinya sebagai terapis saraf profesional diragukan pasiennya, ia pun mengeluarkan seluruh ilmu persarafan dan ilmu otak-otak yang pernah ia pelajari di Universitas Pohon Rindang, dan mencoba menjelaskan duduk perkara penyakit suaminya.

"Begini...," Pak Mijan sambil memperbaiki posisi duduknya.

Tubuh manusia itu adalah sebuah sistem yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya. Setiap organ tubuh manusia dihubungkan oleh jaringan. Ada yang disebut sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Kalau sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis. Otak adalah kumpulan sel-sel saraf neuron dan serabut saraf yang disebut neurit dan dendrit.

Sedangkan  kerusakan saraf tepi, terjadi saat adanya kerusakan pada sistem saraf perifer yang terletak di luar sistem saraf pusat, yaitu otak dan saraf tulang belakang. Jika ini dialami, kinerja dari saraf-saraf pada anggota gerak, seperti lengan, tungkai, termasuk dengkul, dan jari-jari, akan terpengaruh.

"Itu sebabnya, kalau seseorang meriang, maka seluruh tubuhnya akan merasakan," papar Pak Mijan.

"Iya Pak, tapi suami saya tidak meriang, dia itu pelupa," pintas Narti nggak sabar.

"Saya ngerti. Tapi saya melihat ada tanda merah lebam di kedua dengkul suamimu," Pak Mijan coba menjelaskan lagi.

"Kalau melihat tanda-tandanya, ini bekas benturan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun