"Hahahaha.. perantauan, kau ini masih bocah mana ada perantauan bocah kalau bukan pengemis, ya sudah dari pada kau ditangkap satpol PP lebih baik kau ikut denganku jadi kernet bus kota, bagaimana?"
"ia Bang, aku mau oh ia nama Abang siapa? Nama aku Dimas Bang."
"Nama saya Agung Panggil saja saya Bang AG."
Dua tahun aku menjalani pekerjaan itu, dengan upah harian berkisar antara dua puluh sampai tiga puluh ribu, uang itu aku kumpulkan agar aku bisa ke bandara, untuk menjemput ibu sebab ibu pernah bilang kalau kontraknya hanya dua tahun.
Firasatku hari itu sangat bahagia, nampak seperti helaian lembar daun yang terbelai hembusan angin . Uangku sudah terkumpul dan mungkin ini cukup untuk pergi ke bandara menjemput ibu.
Hatiku, kala itu sangat bahagia sekali akhirnya aku akan memeluk ibu kembali. Perjalanan jauh dan lama seolah tak aku rasa, yang aku tahu hanya hangatnya pelukkan ibu dan senyum manis ibu. Saat aku turun dari bus, aku coba hitung sisa uangku, rupanya hanya tersisa lima belas ribu.
Sesampai di bandara aku dipanggil oleh Petugas Keamanan Bandara.Â
"Heh, kamu gembel kotor kenapa kamu di sini ? Kamu tak boleh masuk apalagi mengemis disini !"
"Ammpuun Pak, saya bukan pengemis Pak ".
"Sudahlah ayo pergi (menyeret dan menorong)"
Baiklah, aku harus bersabar. Aku akan tunggu Ibu di sini di luar bandara. Tiga jam sudah aku menunggu, tapi Ibu tak kunjung tiba, setiap orang yang lihat aku terus pandangi barang kali ada Ibu.