Mohon tunggu...
Yusi Nuraeni
Yusi Nuraeni Mohon Tunggu... Guru - Penulis Amatir

Penulis Amatir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja di Pelupuk Mata

13 Januari 2018   13:33 Diperbarui: 23 Mei 2022   16:48 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Air mineral, air mineral Pak, Bu."

Sudah siang hari daganganku tak satu-pun yang terjual. Tuhan, andai Ayah dan Ibuku masih bersama, andai Ayahku tidak mengkhianati Ibu mungkin hidupku takkan seperti ini. Ayah bekerja sebagai supir dan Ibuku hanya penjual gorengan. Dulu semua baik-baik saja aku bisa merasakan indahnya bangku sekolah dan minmba ilmu. Kenapa semua ini terjadi padaku Tuhan. Semua ini terjadi karena perempuan itu, dia telah mengancurkan keluargaku dan berhasil merebut ayah dari aku dan Ibu. Hari itu 4 tahun lalu, saat aku pulang sekolah dan sampai di rumah, aku mendengar hal yang sangat menyakitkan dan membuat hidupku hancur seperti sekarang.

"Mas, siapa wanita ini mas, kenapa kamu bawa dia pulang ke rumah kita."

"Diamlah kau Sumi, dia ini istri baruku, dan aku ingin bercerai sekarang juga dari kamu.!"

"Ya Allah mas, kenapa kamu tega, berbulan-bulan kamu tak pulang dengan alasan proyek angkutan antar provinis, kamu tak beri aku dan Dimas nafkah dan sekarang kamu malah bawa wanita lain ke rumah, asstagfirullah Mas apa salah aku, bagaimana nanti nasib Dimas anak kita?"

"Diamlah kau, bawa Dimas dan jangan pernah lagi kamu anggap saya suamimu, mulai sekarang aku talak kamu!."

"Tapi mas..."

"Tapi, tapi sudahlah pergi bawa semua pakaianmu dan juga anakmu, segera bergegas atau aku tampar kamu!"

"(aku berlari melindungi ibu saat ibu akan ditampar) Jangan tampar Ibu, tampar aku saja jangan sakiti Ibu, Dimas mohon !"

"Aragh, anak dan ibu sama-sama menyusahkan kalian berdua silahkan pergi dari sini!"

"Baik Mas, saya akan pergi tapi saya mohon sebab saya tak punya keluarga dan rumah, saya titip Dimas disini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun