Mohon tunggu...
Putri Yusi
Putri Yusi Mohon Tunggu... Mahasiswa - AKTIVIS PERGERAKAN

Yusi Putri namaku, lahir tahun 1997 pada bulan Januari. Aku terlahir sebagai Perempuan, anak pertama dengan keadaan keluarga yang broken home. Hiruk Pikuk Keluarga membuatku semakin kuat dalam melangkah. Menjadi Perempuan yang harus bangkit sendiri ketika jatuh, mengusap air mata sendiri ketika menangis, kelaparan ketika uang tabungan habis sudah biasa dan aku terima dengan lapang dada. Aku lulusan Magister Ilmu Komunikasi dengan IPK yang hampir sempurna. Prinsip hidupku "Tebarkanlah kebaikan serta kebermanfaatan kepada lingkungan sekitar karena sejatinya Hidup hanya tentang kebermanfaatan"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jatuh Cinta pada Tuan yang Salah

21 Oktober 2024   15:01 Diperbarui: 21 Oktober 2024   15:06 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Diantarlah aku ke depan kamar penginapan kemudian Mas Achmad pamit pulang.
Dan aku memilih untuk langsung tidur sembari membayangkan kebahagiaan jika aku benar menikah dengannya.
Keesokannya aku bergegas untuk balik ke Jember dan Kembali pada rutinitasku.
Selang dua minggu dari perjalananku ke Yogyakarta, aku pulang kerumah di Situbondo.
Sesampainya dirumah aku mendengar music dangdut di tetangga. Ketika kutanyakan ke keluargaku, Tante tidak langsung menjawab namun memintaku untuk duduk santai dan minum terlebih dahulu. Setelah aku duduk tepat di kursi depan dapur, Tante menghampiriku sembari memegang pundakku dan bercerita
"Nak, kamu perempuan hebat nan sholeha harusnya memang bersama lelaki yang hebat dan sholeh juga. Jodoh itu cerminan diri Nak, jadi bersiaplah bertemu dengan jodoh yang telah disiapkan oleh Allah swt. Dan kamu perlu tahu, bahwa suara keramaian di sound sistem tersebut berasal dari rumah Achmad, sekarang ia menikah dengan Laila. Namun tidak ada pesta karena mereka dinikahkan secara mendadak. Laila hamil diluar nikah, orang tua Laila menuntut Achmad untuk segera menikahinya."
Mendengar cerita yang cukup menyayat hati, aku diam tertegun.
Hatiku hancur, harapku musnah. Cinta pertama yang menurutku indah ternyata bedebah.
Aku ingin menampar diriku sendiri karena telah mempercayai Lelaki itu, aku meminta maaf pada diriku sendiri atas kesalahan yang telah kuperbuat pada diriku sendiri.
Pagi harinya makanku tak enak, badanku panas, aku menggigil namun aku menolak untuk diperiksa. Aku rasa ini adalah penyakit cinta.
Aku dipaksa minum jamu oleh Uti, aku dipaksa bangkit oleh Tante, aku dihibur oleh Adik dan keponakanku namun semuanya sia-sia.
Duahari berlalu, aku menyadari bahwa jika terus begini aku membuang-buang waktu.
Hidupku bukan hanya tentang dia, aku meyakini bahwa ini hanyalah ujian dari kegagalan cinta pertama.
Aku ingin membuktikan bahwa seorang perempuan tidak akan hancur hanya karena cintanya dikhianati. Sejak saat itu, aku aku berkeyakinan bahwa "Bukan hanya laki-laki yang bisa mencintai banyak perempuan, namun perempuan juga bisa. Bukan hanya laki-laki yang bisa mempermainkan perasaan Perempuan, namun Perempuan akan lebih mahir dalam mempermainkan perasaan laki-laki".
Hari ketiga dalam kekalutan, aku bangkit atas kemauan diri sendiri.
Aku bangkit dan Kembali memaksa hatiku untuk menerima pengkhianatan dari cinta pertamaku.
Namun, aku tidak akan diam jika ada Laki-laki yang Kembali mengkhianatiku. Aku akan bertindak, dan akan membalasnya dengan cara yang lebih jitu.

Bertindaklah wahai Perempuan, kamu semuanya bisa melakukan apa yang Laki-laki lakukan apalagi hanya dalam konteks "Cinta" dan jangan biarkan dirimu Jatuh Cinta Pada Tuan Yang Salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun