Mohon tunggu...
Putri Yusi
Putri Yusi Mohon Tunggu... Mahasiswa - AKTIVIS PERGERAKAN

Yusi Putri namaku, lahir tahun 1997 pada bulan Januari. Aku terlahir sebagai Perempuan, anak pertama dengan keadaan keluarga yang broken home. Hiruk Pikuk Keluarga membuatku semakin kuat dalam melangkah. Menjadi Perempuan yang harus bangkit sendiri ketika jatuh, mengusap air mata sendiri ketika menangis, kelaparan ketika uang tabungan habis sudah biasa dan aku terima dengan lapang dada. Aku lulusan Magister Ilmu Komunikasi dengan IPK yang hampir sempurna. Prinsip hidupku "Tebarkanlah kebaikan serta kebermanfaatan kepada lingkungan sekitar karena sejatinya Hidup hanya tentang kebermanfaatan"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jatuh Cinta pada Tuan yang Salah

21 Oktober 2024   15:01 Diperbarui: 21 Oktober 2024   15:06 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cukup tenang dengan respon Mas Achmad di Pesan BBM, namun aku tetap kefikiran dengan informasi yang diceritakan oleh Pamannya.
Dan mungkin semua akan terjawab Ketika aku bertemu Mas Achmad.
Dua minggu berlalu dan benar, Mas Achmad pulang.
Adzan duhur yang berbeda, kali ini ia Kembali datang ke Masjid tempatku dan ia belajar mengaji sejak kecil.
Suara Mas Achmad tetap saja menyejukkan, pakaiannya pun lebih rapi, tambah ganteng juga.
Naas, belum selesai wirid aku sudah kebelet pup. Akhirnya setelah sholat, aku langsung pulang dan belum menyelesaikan wirid.
Pukul 19.40 wib Mas Achmad mengirimkan pesan padaku.
Achmad: "Dek Putri? Malam ini aku diajak Zain keluar rumah, katanya mau ke warung kopi di Asembagus. Apakah kamu mau ikut?"
Putri: "Tidak Mas,aku tidak boleh keluar malam"
Achmad: "Besok jam 09.00 wib aku jemput kamu ya, kita jalan-jalan ke waduk. Mau?"
Putri: "Tapi aku harus izin bagaimana ke Uti dan Tante?
Achmad: "Aku yang minta izin ke keluargamu, kan aku yang mengajakmu"
Putri:"Sampai ketemu besok Mas.

Pukul 21.00 aku Kembali mengirim pesan padanya.
Putri: "Mas Achmad sudah dirumah?"
Achmad: " Belum, masih ngopi. Ada apa?"
Namun, tidak kubalas karena aku sudah tertidur.

Tepat hari Minggu,Pukul 08.30 wib ia datang kerumah tanpa mengabariku.
Tok..tok...tok.. (suara pintu diketuk)
Assalamualaikum.
Dek Putri? Dek Putri?
Panggil Mas Achmad di depan rumahku.
Kemudian Tanteku keluar, menemuinya. Dan meminta Mas Achmad untuk duduk dulu di ruang tamu.
Aku melihat dari sisi jendela, apakah benar Mas Achmad meminta izin kepada keluargaku untuk membawaku keluar rumah.
Dan benar, dengan sikapnya yang sopan, suaranya yang lembut dan senyumnya yang manis ia sangat berani sekali meminta izin kepada Tanteku untuk membawaku ke waduk di perbatasan Banyuwangi-Situbondo. Dan Tanteku mengizinkannya.

Kemudian aku dipanggil oleh Tanteku.
Mbak, ada Mas Achmad tu. Kok ga bilang kalau mau keluar?
Takut ga dibolehin sama Tante apalagi sama uti, ya bolehlah apalagi sama Mas Achmad.
Setelah mendapat izin dari Tante dan Uti, aku keluar rumah bersama Mas Achmad.
Selama perjalanan, perasaanku tidak menentu. Haru dan Bahagia bercampur menjadi satu.
Di pertengahan perjalanan, Mas Achmad memberhentikan motornya di pinggir jalan hanya untuk berkata "Aku izin ngebut ya, kamu bisa pegangan senyamanmu yang penting kamu merasa aman. Bisa?" Aku tersenyum malu mendengarnya dan kuambil langkah untuk memegang sadel belakang dan ia Kembali bertanya, posisi begitu apakah kamu nyaman Dek?. Aku menjawab, masih nyaman Mas.

Selang 30 menit perjalanan, kita telah sampai di waduk.
Dan mencari tempat yang rindang serta dekat dengan penjual minuman dan makanan.
Setelah mendapatkan tempat yang nyaman, kami duduk santai menghilangkan penat.
Dan kemudian hal mengagetkan terjadi, Mas Achmad bersender padaku, tangan kirinya sambil memeluk dari belakang. Aku sontak berdiri karena kaget dan belum pernah mendapat perlakuan seperti itu dari seorang laki-laki.
Namun, Mas Achmad malah tertawa dan menyuruhku Kembali duduk dan berkata bahwa ini bentuk kasih sayang, pelukan sederhana untuk menghilangkan penat saja dan tidak akan terjadi apa-apa. kemudian aku Kembali duduk namun tidak disampingnya, namun di depannya. Dan naas, Mas Achmad pindah duduk disampingku.
Perasaanku kala itu, hanya satu yaitu takut.
Dalam keadaan Mas Achmad duduk disampingku,ia mengambil tanganku dan diletakkan iatas pahanya. Sontak, tanganku basah karena keringat dingin dan aku pun bertambah takut.
Mas Achmad menenangkan dan sebelum ia bercerita,ia memintaku untuk jujur apa yang kurasakan selama ini.
Kesempatan yang memang ku tunggu, aku ingin menyampaikan secara langsung bahwa aku memiliki rasa sayang padanya, aku mencintainya.
Aku memulai pembicaraan dengan menarik tanganku dengan alasan aku mau cuci tangan. Setelah itu kumulai.
"Jujur mas, ini momen yang kutunggu. Momen dimana aku bisa berkomunikasi langsung dengan kamu. (tanpa menatap matanya).
Kemudian Mas Achmad memegang daguku dan memintaku untuk menatapnya. Sembari berkata "Kalau bicara itu lihat ke lawan bicaranya, itu Teknik komunikasi dasar, kalau kamu tidak melihat lawan bicaranya bagaimana pesanmu tersampaikan"
Akkhh, aku sungguh malu mendengar perkataannya.
Kemudian kuberanikan dengan menatap matanya. Dan itu kali pertama aku bertatapan secara jelas. Dan ternyata ia lebih ganteng jika dilihat secara dekat. Bola matanya hitam, wajahnya mulus, dan senyumnya yang selalu mendebarkan hati.
Aku Kembali memulai pembicaraanku.
Mas Achmad,
Dhalem, ia menyahut... akkhhh bikin aku salting dan lupa terhadap apa yang akan aku sampaikan.
Diam dulu, selesaikan aku dulu baru kamu merespon. Ucapku
Mas Achmad, aku langsung saja. Sejak aku mendengar penilaian positif dari orang sekitar rumah, aku juga diam-diam mencari tahu dan kemudian aku menilai bahwa kamu laki-laki yang berbeda, kamu satu-satunya teman mengaji yang paling rajin, yang suka adzan, ga pernah pulang duluan, dan kamu membuat teman ngaji kita mengidolakanmu termasuk aku.
Sejak saat itu aku mengagumimu, kemudian berkembang menjadi suka, sayang dan sampai sekarang aku mencintaimu. Entah apa yang ingin kudapat darimu, karena dijemput kamu kerumah saja aku sudah Bahagia bukan kepalang. Keinginan terbesarku memang menikah denganmu, tapi sepertinya itu sulit, karena aku keluarga menengah kebawah sedangkan kamu keluarga menengah ke atas. Secara status social kita berbeda. Jadi,akupun tidak berharap banyak atas keinginan untuk menikah denganmu.
Kedua, aku ingin bertanya. Bagaimana kehidupanmu di Yogyakarta?
Ketiga, apapun yang terjadi setelah pertemuan ini, aku ingin tetap menjalin silaturahmi yang baik dengan kamu.
Sudah.. ucapku
Kemudian Mas Achmad mengambil sesuatu ke saku jaketnya.
Dan yang dikeluarkan adalah Rokok dan koreknya.
Dan ia bilang "Jangan bilang siapa-siapa kalau aku merokok" hanya kamu yang tahu bahwa aku sekarang merokok.
Aku mengangguk dan ada perasaan kecewa dalam hatiku.

Oke, aku mau merespon ucap Mas Achmad.
Setelah apa yang kamu dengar dari orang-orang, apakah kamu masih mencintaiku?
Setelah apa yang kamu lihat dari sikapku ke kamu, apakah kamu masih mencintaiku?
Dan setelah apa yang kamu lihat bahwa aku Sekarang merokok, apakah kamu masih mencintaiku?
Jawab dulu
Dan aku hanya mengangguk, tanda ia.

Mas Achmad tertawa dan menawarkan pelukan padaku, dan aku menerimanya.
Dalam pelukannya, aku mendengarkan ceritanya
Ia bercerita kehidupan di Yogyakarta yang sangat bebas berbeda dengan kehidupan di Jangkar.
Ia mulai merokok, mengikuti teman kuliah dan teman kosnya.
Ia jarang sholat karena sibuk mengerjakan tugas dan kewarung kopi bersama teman-temannya
Bahkan ia nyaris tidak pernah membaca Al-qur'an karena malas dan temannya tidak ada yang mengaji. Ia terbiasa begitu sejak semester 1.

Dan Mas Achmad juga bercerita bahwa ia sudah punya pacar di Yogyakarta, namun hanya pacar sebagai teman tidur.
Mendengarnya, aku sungguh kaget. Kulepas pelukannya.
Aku menutup telingaku dan kuhabiskan minuman didepanku.
Aku kaget karena ternyata ia sering tidur bersama dengan seorang perempuan.
Dan itu menjadi kebiasaan lebih parahnya lagi hanya dianggap sebagai teman tidur.
Kemudian, Mas Achmad menanyakan Kembali perasaanku. Apakah kamu masih mencintaiku dengan apa yang telah kuceritakan padamu?
Dan kujawab bahwa rasa Cinta itu tidak bisa diarahkan akan jatuh pada siapa.
Jika cinta ini memang untukmu maka perasaan ini ya hanya untukmu.
Aku hanya tidak terima dengan perilakumu yang dengan entengnya menganggap seorang perempuan itu sebagai teman tidur, bagaimana jika perempuan itu berharap agar kamu bisa menikahinya kelak.
Sstttt,,, kok ngelantur kamu Dek. Ucapnya
Kan aku maunya nikah sama kamu, perempuan suci yang memang mencintaiku. Menikah itu kan harus saling cinta. Dan akupun mencintaimu, maka kita harus berupaya agar kita bisa menikah.

Mas Achmad Kembali memaksa memelukku, namun aku enggan. Aku hampir menangis atas kekecewaan ini. Ekspektasiku terhadap Mas Achmad luntur.
Dan aku mengajak Mas Achmad untuk pulang.
Namun, ia tidak berkenan. Ia masih ingin disini bersamaku. Menghabiskan waktu sore bersamaku.
Karena besok, ia belum tentu bersamaku, ucapnya.
Setelah pembicaraan ini, Mas Achmad menanyakan aku akan lanjut kemana, Pendidikan apa?
Aku hanya menjawab "tidak tahu", "belum tahu".
Dan ia merekomendasikan, jangan kuliah di luar kota, bahaya bagi seorang perempuan. Perempuan menanggung banyak resiko daripada laki-laki.
Aku menyanggahnya dan bertanya dengan tegas "Kenapa perempuan dibatasi?"
Toh sudah jelas dalam hadits yang pernah dibacakan oleh Guru Ngaji kita (Mbah Kyai)
"Carilah ilmu hingga ke negeri cina, karena sesungguhnya mencari ilmu itu wajib baik bagi muslim laki-laki dan perempuan"
Dan Ketika menjelaskan hadist ini, pasti Mbah Kyai menegaskan bahwa Kamu yang Laki-laki dan kamu yang Perempuan wajib mencari ilmu kemanapun ke tempat yang diridhai oleh Allah dan Rasulnya.
Momen yang tidak tepat memang membahas hadits Ketika berduaan dengan bukan mahrom, tapi aku sangat tidak terima dengan pemikirannya yang dangkal.

Kemudian ia tertawa dan menatap dengan sinis. Kamu bilang gitu karena kamu belum merasakan nikmatnya jadi orang seperti aku. Kalau kamu mau, bisa kita coba. Gimana?
Mendengarnya, aku geram dan ingin menamparnya pakai tangan kiri. Astagfirullah.
Namun, mendengar responnya yang cukup buruk aku Kembali memaksa mengajaknya pulang. Dan ia berkenan, namun ia menawarkan untuk mampir ke rumah temannya dulu sebentar namun aku menolaknya.

Di perjalanan pulang, ia bertanya Kembali.
Dek Putri, apakah kamu masih mencintaiku?
Aku merespon, apakah kamu masih layak untuk aku cintai Mas?
Dan Mas Achmad memberhentikan sepedanya. Dan menatapku dengan waktu yang cukup lama sedangkan aku hanya menunduk ketakutan.
Ia turun dari sepeda motor, dan memegang tanganku.
Aku menolaknya namun ia memegang erat tanganku. Kedua tanganku dipegang erat dan ia berkata padaku.
Kamu harus tahu Dek, bahwa di dalam cinta bukan hanya kebaikan tapi juga ada keburukan dan aku telah menunjukkan keburukanku padamu, aku kira kamu akan menerimanya namun ternyata berbanding terbalik.
Dek, aku terjebak. Dan kamu bisa menolongku.
Tolong aku, bantu aku untuk bisa Kembali pada Achmad yang kamu cintai.
Aku ingin bersamamu, aku ingin menikah denganmu.
Jangan mundur Dek. Bisa ya, kita perbaiki bersama.
Mataku berkaca-kaca. Kejadian hari ini penuh drama, diluar dugaanku.
Aku tidak bisa merespon banyak, aku hanya berkata bahwa semua akan Kembali jika terdapat komitmen kuat untuk memperbaikinya Mas.
Mari kita pulang dulu, setelah tenang, kita Kembali bicara.
Aku masih kaget, shock, aku masih ada dalam fase kecewa terhadap ekspektasiku sendiri.
Jadi, tolong juga pahami aku Mas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun