"Ketika perangkat kelurahan itu meninggal dunia, saya ikut bertakziah di kuburannya bersama orang-orang," ungkapnya.
Namun, lanjut Prapto, dia punya maksud tak baik terhadap perangkat kelurahan yang sudah wafat itu. Yakni, dia ingin menjejak nisan kuburan si perangkat kelurahan tersebut.
"Saat para petakziah sudah buyar, saya tinggal sendirian. Saya lakukan keinginan itu. Saya jejak nisannya," terangnya.
Tindakan kurang baik itu, kata Prapto, nekat dilakukan karena dirinya dendam dengan perangkat kelurahan dimaksud. Menurut dia, perangkat kelurahan itu andil besar mengacaukan hidupnya.
"Dia menuduh bapak saya PKI. Saya pun dicap anak PKI dan kehilangan banyak hak. Termasuk hak menjadi PNS," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H