"Kalo gitu aku punya ide yang tepat, Sa. Udah lupakan treatment. Yuk, pergi dari sini!" Ajak Tia.
Sorenya. Di kamar Tia.
Tia puas memandangi muka Raisa. Ia berdecak kagum akan kemampuannya sendiri. Meski tidak memakai kosmetik mahal, hasil make upnya terlihat cukup halus.Â
"Gimana?" Tia menyodorkan cermin pada Raisa.Â
Raisa terkejut sekaligus senang. Ia memeluk Tia sambil menjerit histeris, "Tia ini beneran kan? Bukan mimpi?"Â
Tia mengangguk.Â
"Makasih ya, kamu sahabatku yang terbaik!" Raisa memeluk Tia lagi lebih erat. Tia membalas pelukan itu sambil membisikkan sesuatu pada Raisa.Â
"Mengerti?"Â
"Iya, aman kok Tia. Tenang aja!"
Malamnya di cafe.Â
Raisa dan teman-temannya sudah berkumpul membicarakan secara serius acara bansos yang akan diadakan Minggu depan. Cukup dadakan memang. Mengingat situasi pandemi juga terjadi tanpa basa-basi melanda negeri. Maka bantuan juga harus dilakukan dengan sigap juga.Â