Cuci otak tidak selalu tentang medis seperti yang dilakukan oleh Dr Terawan bagi penderita stroke. Ada juga cuci otak yang bukan medi, yang sudah dilakukan sejak lama dalam dunia politik dan gerakan propaganda.
Frase Cuci Otak sebenarnya dikenal lebih dahulu di tahun 1938 ketika Nazi Jerman mulai menguasai anak-anak muda, juga prajurit dan aparat pemerintahan dalam usaha Nazi membangkitkan anti Semit (anti Yahudi) yang puncaknya terjadi pada holucost (pembunahan masal etnik Yahudi diseluruh Prusia -- Jerman dan Polandia di Perang Dunia II).
Cara cuci otak  pemimpin Nazi, Adolf Hitler, adalah dengan indoktrinasi dan orasinya berapi-api membakar semangat prajurit, alat pemerintahannya dan anak-anak muda akan kejelekan bangsa Yahudi yang bermukmin di Prusia (Jerman).
Orasi dan indoktrinasinya juga untuk menanamkan loyalitas pada partai Nazi dan fahamnya.
Indoktrinasi verbal disertai indoktrinasi non verbal dengan gerak tangan spesifik menghormat sang Fuhrer (Pemimpin Besar) dengan tangan dikepalkan mengacung ke depan ditarik ke dada sambil berteriak; "Heil Hitler!" dijadikan indoktrinasi nonverbal dan teriakan verbal yang ampuh.
Gerakan berbaris yang tegap dan nyanyian membangun kebanggaan dipimpin Partai Nazi, pimpinan Adolf Hitler, dan nyanyian direkam dalam piringan hitam serta berkali-kali diperdengarkan lewat radio, juga diwajibkan dinyanyikan di sekolah-sekolah, merupakan cara cuci otak faham Nazi.
Cara cuci otak mempengaruhi faham politik demikian kemudian hari dikenal sebagai "propaganda".
Cuci Otak ala Engels
Cuci otak faham Komunisme juga diajarkan oleh Engels, seorang rakyat jelata, yang diteruskan kepada Stalin yang memerintah Rusia ketika itu. Dan di China terjadi juga cuci otak faham komunis China semasa pemerintahan Mao Tje Tung.
Dalam bukunya Brain-Washing in Red China, Edward Hunter mengemukakan bahwa cuci otak oleh jajaran Mao dikerjakan melalui hypnosis terkontrol dengan paksaan.