Cuci otak demikian dikenal juga sebagai "mengganti otak" yang menurut penulis Hunter, merusak pemikiran orang.
Diuraikan dalam buku itu bahwa cara ini dengan sengaja mepraktekan  ilmu psikologi secara salah demi pembenaran keinginan partai.
Buku tersebut menceritakan kisah seorang siswa diindoktrinasi faham komunis melalui hypnosis, setiap hari dengan indoktrinasi faham komunis.
Selanjutnya juga dikisahakan bagaimana "hatred campaign"Â terhadap Amerika Serikat yang merupakan perang psikologis yang dilancarkan oleh Red China dalam cuci otak melawan faham dunia bebas.
Cuci Otak ala Hoaks dan Reframing
Dalam tahun politik 2019 di Indonesia lebih sering kita mendengar disiarkannya berita hoax, yang dianggap bagian dari gerakan tertentu mempengaruhi pikiran calon pemilih.
Menuding penggunaan istilah propaganda melalui pengulangan kekurangan atau kekeliruan digoreng tanpa data masuk dalam ranah ilmu komunikasi politik.
Kemudian, kata "propaganda" juga menjadi popular dalam "perang" pemilihan presiden di Amerika Serikat beberapa tahun lalu dengan istilah "Propaganda Rusia".
Namun istilah cuci otak tidak dikenal dalam ilmu Neuro Linguistic Programming atau NLP. Ilmu NLP yang mulai dikembangkan di tahun 1970an lebih benar dan lebih mulia dengan mendalami "membingkai ulang" atau reframing untuk mengubah tingkah laku dan cara berpikir suatu kejadian.