Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Infrastruktur Pertanian "Harga Mati", Menuju Kedaulatan Pangan

30 April 2019   20:14 Diperbarui: 30 April 2019   20:17 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumlah penduduk miskin 16,31 juta, berada di pedesaan yang pada umumnya tergolong desa miskin, atau dikenal dengan desa tertinggal/desa sangat tertinggal. Berdasarkan data menunjukkan dari 82.190 desa  ada di Indonesia, sejumlah 60%-nya setara 20.168 desa tergolong sangat tertinggal atau miskin . Kelompok masyarakat inilah yang harus menjadi salah satu prioritas untuk dilakukan pembangunan agar terentaskan dari kemiskinan yang "menyakitkan".

Walaupun faktor penyebab penduduk miskin itu ada banyak hal, tetapi Kepala BPS Suhariyanto, mengakui bahwa status sebagai petani adalah hampir identik dengan kemiskinan. "Namun kemiskinan ini harus dituntaskan. Dan terutama di kota dan desa yang berbeda jauh dan terutama petani paling miskin,"

BPS mencatat pada tahun 2018 bahwa pekerja di sektor pertanian tercatat 35,7 juta orang atau 28,79 persen dari jumlah penduduk bekerja 124,01 juta jiwa. Sementara di tahun lalu, jumlah pekerja sektor pertanian di angka 35,9 juta orang atau 29,68 persen dari jumlah penduduk bekerja 121,02 juta orang.

Pesannya adalah bahwa membangun dan mengembangkan pertanian tidak saja sebagai upaya langsung mengentaskan peduduk miskin, tetapi juga untuk mewujudkan salah satu tujuan pembangunan ekonomi Indonesia yaitu kedaulatan pangan.

Menjadi cita-cita besar agar sektor pertanian ini menjadi maju dan mampu mengubah citra pertani sebagai potrek kemiskinan menjadi petani yang modern dan maju dengan penghasilan yang tidak kalah besar dengan sektor industri lainnya.

Mengatasi kendala: Infrastruktur Terintegrasi

Tidak mudah membangun sektor pertanian di Indonesia, tidak saja karena masih banyak terbelakang dalam banyak hal, tetapi juga karena wilayah negeri ini berupa kepualauan tersebar seantero negeri dengan puluhan/ribuan pulau. Bandingkan misalnya negera-negara di Eropa,  Mereka semua berada daratan luas yang terbentang.

Tetapi Indonesia tidak, Dibutuhkan ekstra sistem, strategi, kerjakeras, modal besar dan teknologi yang juga harus cangkih.

Membangun infrastruktur yang terpisah-pisah di negara ini sudah tidak memadai lagui. Yang dibutuhkan adalah Strategi Infrastruktur Terintegrasi secara keseluruhan dan totalitas. Artinya, membangun infrastruktur jalan misalnya, itu bukan hanya untuk keptningan sektor pertanian, tetapi juga kepentingan sektor lainnya, perdagangan, industry, sosial, kemaman, perhubungan dan sebagainya.

Atau membangun waduk misalnya, itu bukan hanya untuk kepentingan sektor pertanian, tetapi juga untuk kebutuhan air bersih, wisata, lingkungan, kehutanan.

Pendekatan ini menjadi cara untuk menyatukan semua sumber daya yang dimiliki agar menjadi efisien dan efektif dan menyentuh semua kebutuhan masyarakat. Inilah yang disebut Pooling Resources Approach. Sekaligus juga sebagai pengikat bagi semua pemangku kepentingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun