Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Periksa, Apakah Anda Termasuk Orang Bijaksana?

3 Januari 2019   16:05 Diperbarui: 5 Januari 2019   16:32 3029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah yang terjadi apabila tidak ada lagi orang bijak di tengah-tengah sebuah komunitas, atau di dalam sebuah organisasi, atau di tengah-tengah keluarga. Yang akan muncul adalah kekacauan, keributan, pertengkaran, bahkan bisa sampai pada peperangan, perang mulut, perang tangan, perang kaki, bahkan perang kayu, parang dan tombak. Dan akibatnya pasti kehancuran.

Ketika ada orang bijak di tengah-tengah komunitas, maka kekacauan bisa dihindari, atau paling tidak bisa dikurangi dan konflik, peperangan tidak akan terjadi. Ketika situasi genting, krisis dan menegangkan, maka kehadiran satu orang bijak bisa menyelesaikan situasi menjadi tenang, adem, damai dan sukacita.

Dalam konteks ini, bisa difahami bahwa kualitas kehidupan komunitas masyarakat, kehidupan keluarga dan kehidupan suatu bangsa akan ikut ditentukan oleh hadirnya orang-orang bijaksana.

Artinya pula, bahwa semakin banyak orang bijaksana maka kualitas kehidupan komunitasnya akan semakin baik dan semakin kuat. Dan sangat mungkin akan semakin maju, bertumbuh dan berkembang. Dipastikan juga bahwa kekacauan dan ketidaktenteraman ditengah masyarakat itu muncul akibat minim dan miskinnya orang-orang yang tergolong bijaksana.

Pernahkah Anda bertemu seseorang yang selalu berdebat dan suka cari ribut? Saya pernah bahkan sering melihat dan juga mengalami berhadapan dengan orang-orang yang kesenangannya ribut dan bertengkar melulu dengan siapapun kecuali yang memang orang-orang yang mengikuti maunya si peribut ini.

Saya memiliki beberapa teman dan kawan yang kalau berbicara dengan orang lain tampil begitu argumentatif dan hanya percaya kepada mereka yang sepakat dengannya. Orang yang beda pendapat dengannya akan terus didebat dan tak mau berusaha memahami pikiran dan pendapat orang lain.

Inilah contoh konkrit perilaku orang yang termasuk tidak bijak dalam mengelola interaksi sosial. Dan tentu saja kalau hampir semua orang memiliki sikap seperti orang ini, maka situasinya tidak ada damai dan tad ada ketenangan, karena dipastikan akan ribut satu dengan yang lain.

Amati, cermati dan perhatikan apa yang terjadi di tengah kemacetan lalu lintas, misalnya. Ketika terjadi senggolan, ataupun tubrukan kendaraan, dipastikan akan cenderung ribut keduanya untuk tidak mau disalahkan. Bila tidak ada orang bijak yang akan terlibat didalamnya maka situasi pasti akan semakin panas, tegang dan konflik akan terjadi.

Orang bijak memang kelihatannya tidak sebanyak orang yang tak bijak. Sebab kalau orang bijak lebih banyak, maka suasana, situasi dan interaksi masyarakat yang sangat beragam tidak akan saling berhadap-hadapan dan berkonflik. Ketika saling memiliki sikap dan perilaku bijak, maka sekeras apapun perbedaan dan konflik yang muncul pasti bisa diselesaikan.

Pinter belum tentu Bijak

Yang dibutuhkan dalam mengelola komunitas itu bukan orang yang memiliki gelar pendidikan setinggi gunung, juga bukan orang yang super pinter atau memiliki kekayaan banyak. Karena gelar akademik, pinter dan kaya bukan jaminan seseorang itu bijaksana dalam hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun