Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengurai Rasa ( 1)

11 Mei 2020   08:27 Diperbarui: 11 Mei 2020   08:30 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

           "Kamu pacaran dengan Dennis ?" selidik Sinta keesokan harinya.

          "Nggak, Mbak," elaknya  walau tak berhasil membuat Sinta percaya. .

          "Ah, jangan bohong. Kalau kamu suka akui saja biar nggak diambil orang lain atau ngilang kayak temannya Mark . Nyesel lho nanti," Sinta

memperingatkan dengan nada bercanda.

          "Memangnya Mbak mau sama dia?" goda Ratri membalasnya.

          "Apa pantas aku pacaran dengan berondong?" sergahnya.

          "Iya, siapa tahu butuh selingan dari pada kesepian jauh dari Suami," Ratri semakin berani menggodanya.

          Sebaris kalimat itu ternyata meresahkan hatinya sepanjang sisa hari itu. Sudah setahun lebih dia hidup berjauhan dengan  Suaminya.  Jarak ribuan kilo meter  antara Indonesia dan Amerika memisahkan mereka. Bisa mendengar suaranya bahkan juga melihatnya ketika chatting menggunakan YM tetapi tak bisa menyentuh apalagi menciumnya. Tubuh mas Eko yang menebarkan  keharuman cendana hanya tinggal dalam angan-angannya.

           Sinta bimbang antara memilih setia atau mencari selingan di sini.  Beberapa kenalan sesama perempuan Indonesia yang tinggal di negara  ini  terjebak dalam hubungan instan dengan lelaki lain padahal mereka punya Suami. Hidup terpisah bagi  Suami Istri merupakan siksaan  sehingga  sangat rentan  terhadap godaan untuk mencari selingan. Kesetiaan sungguh sulit dipertahankan dalam keadaan seperti itu. Masalahnya adalah Sinta hanya mengenal sedikit lelaki di sini. Mereka adalah orang-orang yang ditemuinya di tempat kerja. Interaksinya terbatas selama jam kerja saja.

           Sinta digoda oleh keinginan aneh yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Ingin dipeluk dan didekap kehangatan tubuh lelaki. Tidak begitu saja bisa diabaikan atau dienyahkan. Semakin ingin menghindari semakin  sakit dia menjaga  kesetiaan.  Dari hari ke hari  dia pun melihat  Ratri  tidak seperti biasanya. Menjadi pendiam dan cepat tidur begitu pulang dari restoran. Berulangkali Sinta menahan diri untuk tidak menanyakan penyebabnya sampai suatu malam dia mendengar isak tangis dari kamar  Ratri .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun