Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Hati Perempuan (Bagian 1: Tiga Kuntum Bunga Liar)

23 Februari 2020   06:20 Diperbarui: 23 Februari 2020   06:36 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana kabarnya kini Khalisa tak lagi peduli. Sudah menikah lagi atau belum bukan lagi urusannya. Khalisa pun tak pernah menuntut apapun dari Adi. Dia sendiri yang membiayai kehidupan Gea hingga saat ini.

Hidup menjanda tidaklah sesulit yang pernah dibayangkan dulu. Semua orang bersikap baik kepadanya.. Gea mendapat banyak perhatian dan kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya. Kakek Nenek sangat menyayanginya dan terkesan memanjakannya secara berlebihan.  Akibatnya, Gea kurang mandiri dibanding teman-teman seusianya.

Ketika Khalisa memutuskan untuk melanjutkan studi pascasarjana barulah Gea pelan-pelan belajar untuk bisa hidup mandiri. Khalisa di Bogor dan Gea di Yogya membuat hubungan mereka terasa berbeda. Gea harus menahan kerinduan karena tak bisa setiap hari melihat wajah Mama yang disayanginya . 

Berbagai kesulitan dan masalah yang dihadapi harus coba dipecahkan tanpa bantuan Mama. Kakek yang menemaninya di Yogya selama Mama menuntut ilmu di Bogor.Kakek sangat perhitungan dalam pengeluaran sehingga Gea merasa dibatasi dalam memenuhi keinginannya. Itulah harga yang harus dibayar untuk meraih cita-cita Mama. 

Awalnya memang Khalisa tak tega harus meninggalkan Gea  tapi kemudian dibulatkan tekadnya untuk mengambil kesempatan itu. Bukankah sudah lama dia berkeinginan untuk melanjutkan studi pascasarjana?

Bogor menjadi tujuannya karena dulu selepas SMA dia pernah kuliah di sana tapi tak dilanjutkan setelah Kakak satu-satunya meninggal. Khalisa tak ingin menambah kesedihan orangtuanya dengan kuliah di tempat yang jauh. Karena itulah dia memutuskan untuk kuliah di Yogya saja yang jaraknya terjangkau dalam setengah hari perjalanan untuk pulang  ke Jepara. 

Sekian lama dia melupakan banyak hal tentang Bogor lantas muncul lagi niatnya untuk merampungkan studi di kampusnya dulu di Bogor. Aplikasi beasiswanya pun diterima dan Khalisa bisa menggapai cita-citanya yang sempat tertunda itu.

Kuliah lagi membuatnya merasa kembali muda. Bersama teman-teman dengan cita-cita yang sama, Khalisa merasa tertantang untuk menaklukkan berbagai rupa kesulitan yang dihadapinya. Kesulitan menyerap mata kuliah baru beriringan juga dengan kesulitan mengatur keuangan. Beasiswa yang sering terlambat menuntutnya untuk memperhitungkan setiap pengeluaran. 

Gajinya yang diterima dari  kampus sepenuhnya diserahkan kepada Bapak agar diatur penggunaannya untuk mencukupi kebutuhan di Yogya. Sementara dia harus rela hidup hemat bahkan kekurangan dengan uang saku dari beasiswa yang seringkali tak tentu datangnya.

Teman-teman kuliahnya ternyata sangat perhatian dan baik kepadanya. Hampir semuanya sudah bekerja kecuali Dini dan Ica.  Mereka kerap membayari makan siang Khalisa. Ada juga yang sering membayari ongkos foto kopi buku referensi dan materi kuliah. Khalisa tak pernah meminta itu tapi mereka nampaknya tak keberatan melakukannya. Kadang Khalisa malu karena sering dibayari.

Di samping kebaikan dan kemurahan hati teman-teman kuliahnya itu,   Khalisa merasa ada juga teman kuliahnya yang nampak merendahkannya karena dia seorang janda. Tapi dia tak terlalu memikirkannya. Hanya kadang-kadang saja timbul kejengkelannya. Kenapa mereka yang berpendidikan tinggi masih mempunyai stigma negatif pada janda?  Mestinya mereka bisa meluaskan pandangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun