Sore Itu seperti biasa,Rudy duduk seorang diri dipinggir pantai, diantara bebatuan,matanya tak henti-hentinya menatapi sinar jingga sore itu. Hanya pemandangan itu yang bisa mengusir rasa gelisah dalam hati Rudy,entah rasa apa yang menyusup dalam rongga dadanya hingga kadang sangat sesak rasanya,semua rasa gelisah terpancar dari raut wajah itu.
Itu adalah tempat yang istimewa,sebab disitulah saat itu kisah cintanya dimulai,semua jejak cinta yang terjadi antara mereka berdua meninggalkan kenangan manis dan juga pahit. Semenjak Bunga meninggalkan dirinya demi laki-laki lain,disitulah Rudy mulai merasakan betapa pahitnya mengenal sebuah Cinta,jika semua harus berakhir menyakitkan.
Ketulusan yang Rudy persembahkan buat kekasihnya Bunga namun semua akhirnya berujung menyakitkan, bak menelan empedu yang pahitnya hingga keubun-ubun . Namun hidup masih harus terus berjalan,namun yang namanya sakit tetaplah butuh proses untuk penyembuhan.
Sore itu semilir angin menerpa pelipis Rudy hingga ia terbawa kealam yang dimana ia merasakan sebuah kebahagian yang selama ini hilang darinya, debur ombak dan nyanyian burung camar yang serasa turut mengambil bagian dalam kebahagiaan yang ia rasakan, entah kebahagian apa, namun hatinya cukup tenang saat itu. Rudy mencoba memejamkan mata dan mencari sisa-sisa kebahagian dalam relung jiwanya,ia mencoba mengumpulkan semua puing-puing harapan baru,
Bulir-bulir bening merembes disudut matanya bagai anak sungai di musim kemarau,namun cukup membasahkan matanya yang kering, ini adalah tangisan pertama semenjak beberapa tahun yang silam ketika ibunya pergi meninggalkan ia dan saudaranya untuk seterusnya. Rudy bangkit dari tempat ia duduk, ia mulai melangkah ke bibir pantai,sambil sesekali melemparkan batu-batu kecil yang ia pungut dari tempat duduknya.
“hmmmm… suara yang indah”bisik Rudy hampir tak kedengaran sebab suara ombak lebih keras ketimbang suaranya, matanya masih terlihat sembab,ia tepis semua rasa sedih yang ada pada dirinya saat itu, ia kubur dalam-dalam nama Bunga dalam hatinya,begitu juga cinta terhadapnya. Ia ingin nama bunga hilang bersama dengan hilangnya tapak kaki dibibir pantai yang dengan sesaat tersapu oleh ombak dan tak lagi berbekas.
****
Perlahan sinar jingga mulai memudar,suara binatang malam yang riuh dan desir angin pantai yang menyapu keheningan,gesekan daun nyiur yang memberikan suara khas pesisir pantai, kala malam datang menyapa kesedihan datang membayang, entah kesedihan serupa apa yang Rudy rasakan saat ini, sebab ketika hari mulai gelap ia takut akan sesuatu yang datang menelisik dalam hatinya.
Kenangan demi kenangan membayang di pelupuk matanya, sumpah yang pernah terucap kini ternoda oleh suatu penghianatan yang Bunga lakukan padanya, entah bagaimana caranya Rudy membangun lagi sebuah kepercayaan yang telah ia titipkan kepada kekasihnya, kini semua musnah bersama penghianatan yang Bunga lakukan. Dengan langkah gontai ia menjauh dari bibir pantai, menyusuri jalanan berpasir itu, menuju kesebuah Masjid yang tak jauh dari pantai tempatnya membuang rasa sedih dan keluh kesahnya.
Lalu Rudy menuju tempat berwudhu dan setelah itu ia sholat seorang diri di masjid itu, sebab baru saja orang-orang meninggalkan masjid setelah menyelesaikan sholat Magrib tadi, sangat khusyuk Rudy melaksanakan sholat itu,setelah selesai ia pun berdoa, entah doa apa yang ia panjatkan,butiran embun merembes disudut matanya,namun secepat kilat ia mengusapnya, ia tak ingin ada orang yang melihatnya meneteskan air mata.
Jantung Rudy hampir copot ketika ada seseorang yang memegang pundaknya dan menyapanya”kamu kenapa nak”Tanya orang tua itu, yang kebetulan berada di masjid itu, “saya lagi banyak masalah pak”kata Rudy sambil menundukan wajahnya dari pandangan orang tua itu, “jika kamu mempunyai masalah, kamu berdoa mohon petunjuk-Nya”kata orang tua itu sambil berlalu dari hadapan Rudy. Hati Rudy seakan lega mendapat sebuah nasehat dari orang tua yang tak ia kenal itu, baginya orang tua yang sangat asing dan belum pernah ia ketemui sebelumnya.setelah itu Rudy beranjak dari masjid dan ia menuju Rumahnya yang tak jauh dari Masjid tersebut, sebuah rumah panggung yang khas daerah Mandar, tangga demi tangga ia naiki, dak akhirnya sampai juga ia di rumahnya, ia menuju ke kamarnya.
Lagi-lagi bayangan Bunga tak mampu diusirnya,semua karena rasa sayang yang teramat dalam itu yang kini menghantui setiap hari-hari pemuda ini, entah sampai kapan perasaan yang seperti itu akan hilang dari ingatanya.
“hmmm.. rasanya aku ingin Amnesia saja”bisik Rudy kepada dirinya sendiri,”mungkin dengan demikian aku tak akan seperti ini,bayangan yang menyiksaku”sambil melemparkan bantal kea rah dinding kamarnya.
Braakkk..!!!
****
Suara yang sangat keras sebab dinding rumah Rudy itu adalah Seng, jadi menimbulkan suara yang gaduh, lalu kakak perempuan Rudy berlari menuju ke kamar adiknya “kamu kenapa dik..?” Tanya kakak Rudy kepadanya sambil mengelus kepala adik semata wayangnya itu. “tidak kak, lagi kesal saja.”jawab Rudy sekenanya.
Setelah merasa tenang, kakak Rudy meninggalkanya seorang diri, mata Rudy hanya bisa berkelana menatap langit-langit kamar,di luar sana desir angin malam seakan beryanyi lagu kesunyian serupa hati Rudy yang sunyi,malam itu bintang tiada juga menyapa,semua enggan menampakan diri,entah mengapa, apakah semua merasakan hal yang sama dengan pemuda itu,hanya desir angin yang selalu setia menemani malam panjangnya.beberapa kali Rudy menguap,dan kemudian ia telah berada di alam mimpi.
Akhirnya pagi menyapa dengan sejuta harapan yang ada,mentari seolah tersenyum dan alam juga tak kalah gembiranya bersama pagi yang cerah seakan membawa harapan baru bagi pemuda itu, langkahnya tegak terayun menyongsong harapan yang kemarin hilang,Ia mampu tersenyum kembali walau luka hatinya masih menganga,ia mencoba memunguti semangat yang tersisa, kali ini wajahnya tak lagi muram.handphone yang ada di saku celananya berbunyi,
Tiing.. tiinng.. tiing…
Ternyata sebuah pesan, dengan segera ia buka pesan tersebut, matanya terbelalak,seketika itu serasa jantungnya berhenti berdengup.Deegg..! ternyata pesan dari Bunga,”bagaimana kabarnya kak?” pesan itu bagaikan petir disiang bolong,tiada angin tiada mendung tiba-tiba petir menyambar,seketika raut wajah Rudy berubah memerah,saat ini ia sedang berperang melawan hatinya, lama ia termangu dan memandang jauh kedepan sana, entah apa yang sedang ia pikirkan, hatinya bergemuruh ibarat ombak dilautan lepas yang suatu saat menghempas
karang,lalu ia mencoba membalas pesan dari Bunga, ”kabarku baik” hanya itu yang bisa ia ketik dalam pesan singkatnya.
Sebab perasaan Rudy sendiri sedang berperang melawan hatinya, yang bergemuruh saat itu.lalu ia melanjutkan langkah yang tadinya terhenti,raut wajahnya kembali menggambarkan sebuah kesedihan yang mendalam.
Tak berapa lama Rudy sampai di sekolah tempat ia mengajar,pagi itu ia harus mengajar tiga kelas, “bakal habis lagi ini suara saya”ucap Rudy lirih, lalu ia menuju ruangan Guru dan mengambil buku paket yang sering ia pakai untuk mengajar,ia melangkah menuju kelas IX dengan tegak tanpa ada rasa ragu yang menyelimutinya seperti saat baru tiba tadi,kini fikiranya terfokus kepada materi yang akan ia ajarkan.”selamat pagi,pak..!!” ucap anak-anak serentak Rudy hanya mengangguk sambil ia layangkan senyum termanis yang ia miliki,
****
Dua jam berlalu, akhirnya bel tanda pergantian pelajaranpun berbunyi,lalu Rudy meniggalkan kelas itu dengan langkah yang pasti,sambil tersenyum kepada siswa-siswanya, ia tak ingin terlihat sedih di depan mereka walau sebenarnya hati Rudy sangat rapuh atas segala peristiwa yang ia hadapi, Rudy menuju ruangan Guru dan berkumpul dengan teman-teman seprovesi dengan dirinya.beberapa jam kemudian telah berlalu, kini Rudy hanya menunggu jam pulang saja,kebetulan Rumah Rudy dengan Sekolah tidaklah terlalu jauh,jadi ia bisa berjalan kaki menuju ke Sekolah, walaupun ia mempunyai Sepeda Motor yang biasa mengantarkan ia ke sekolah.
Setiba di rumah jam telah menunjukan pukul 14.00 lalu Rudy segera mengambil air wudhu,dan melaksanakan Sholat Dluhur di kamarnya,setelah itu Handphone Rudy berbunyi matanya tak berkedip menatap layar Handphone, ternyata Bunga yang memanggil,dengan tangan yang gemetar ia lalu mengangkat telfon Bunga.
“Hallo, Assalamualaikum..”
Suara dari ujung sana, lalu Rudy menjawah. “Walaikum salam..”jawab Rudy, “kak maaf lewat telfon ini saya minta doa restu dari kakak,minggu depan saya akan menikah,”suara di telfon itu bagi Rudy adalah suatu Guntur yang menyambarnya di siang hari,wajah Rudy merah padam menahan rasa marah dan sedih,ia mencoba menjawab suara itu “iya,semoga kamu bahagia hidup bersama lelaki pilihanmu”setelah itu Rudy menutup handphone dan tanpa sadar ada butiran bening menyusup di sudut matanya hingga menganak sungai.
Namun kali ini Rudy tak ingin berlama-lama tenggelam dalam kesedihan, lalu ia bangkit dan mengusap air mata yang tadi sempat menetes itu. “aku harus bisa memberikan bukti bahwa aku bukanlah laki-laki yang lemah”bisik Rudy pada dirinya sendiri.
Setelah kejadian itu Rudy lebih banyak melakukan hal-hal yang positif ia selalu menggunakan waktu yang ada untuk mencari kegiatan yang bermanfaat.Rudy rajin ke sekolah untuk mengajari anak-anak Pramuka dan aktif di berbagai kegiatan. Itu semua ia lakukan agar ia melupakan segala hal tentang Bunga.
****
Sore itu cuaca sangat cerah,lalu Rudy melangkahkan kakinya menuju pantai yang terletak tidak begitu jauh dari rumah,disana Rudy mempunyai tempat yang setiap sore ia datangi ketika tidak ada kegiatan lain yang ia lakukan,berlama-lama memandang sinar senja di sore hari sangatlah menyenangkan ketimbang ia pergi ke teampat lain, terasa sangat damai di dalam hati ketika sinar senja mulai nampak kemerah-merahan dan burung-burung mulai bernyanyi. ini adalah nyanyian kerinduan dalam hati Rudy,sinar senja memberikan ketentraman bagi yang dapat memaknainya,sinarnya menembus jauh di dasar hati Rudy.
Tanpa sengaja pandangan Rudy berhenti pada sosok yang tak jauh dari tempatnya duduk,seorang Gadis yang sedang menikmati senja seorang diri, mata Rudy terpana untuk beberapa saat, gadis berhijab Biru,”siapa gerangan dia”ucap batin Rudy, setelah lama ia memandang tiba-tiba gadis itu memalingkan wajahnya dan menatap Rudy dari kejauhan, ia tersenyum manis dan menghampiri Rudy yang sedang tercengang.
“hai, kak lagi apa?”
Tanya gadis itu yang membuat lamunan Rudy jadi buyar. ”eehh.. ini, lagi memandang senja”kata Rudy dengan terbat-bata, “kakak, suka senja juga yach?”Tanya gadis itu lagi. “iya.. dik, saya suka berlama-lama memandang senja di tempat ini” jelas Rudy “nama kamu siapa,?sepertinya kamu orang baru yach?” Tanya Rudy lagi, gadis itu hanya tersenyum sambil menatap wajah Rudy,” nama saya Putri Senja ”jawab gadis itu, “mungkin karena namaku ini senja maka aku sangat menyukai senja” sambil membuang pandanganya kedepan menatap laut yang terhampar luas di hadapanya.”nama kakak siapa,.?”Tanya gadis itu, “saya Rudy”sambil mengulurkan tanganya,dan gadis itu menyambutnya.
“gadis yang sangat manis”
Bisik Rudy dalam hatinya, Setelah berkenalan akhirnya mereka berdua duduk di atas batu besar menikmati senja bersama, lalu Putri Senja mengajak Rudy untuk mendekati bibir pantai,sambil membawa beberapa batu-batu kecil,dan dengan semangatnya ia melemparkan batu-batu itu yang menimbulkan suara yang sangat indah sekali,
“aku sangat suka dengan suara itu”
Bisik Putri senja, “ aku juga setiap sore aku kesini untuk menikmati senja dan melempar batu-batu kecil kearah pantai” sahut Rudy sambil melayangkan senyumanya. Lalu mereka berdua berkejar-kejaran dipinggir pantai. Tawa mereka sangat lepas seolah kesedihan mereka hilang di telan debur ombak saat itu. Perlahan warna jingga menghilang ditelan gelap malam yang menyapa. ”kak Rudy aku balik duluan.ya?” kata Putri Senja mohon diri. “aku juga sudah mau balik.ini” jawab Rudy. “kapan-kapan kita jumpa lagi.ok?” kata Putri Senja. Setelah itu keduanya saling tukar nomer handpone mereka.
Lalu keduanya meninggalkan tempat itu,senyum tersungging di bibir Rudy, bahagia terpancar di wajah tersebut.saat itu hari-hari yang Rudy lalui penuh dengan senyum, sebab kini ia telah mendapatkan sebuah cinta baru yang mengisi hatinya.
Hanya Tuhan yang dapat membolak-balikan hati setiap insan,ketika hati sedang terpuruk namun begitu cepat kasih sayang yang Tuhan berikan. Yang akhirnya menjadikan sebuah hati yang terluka kini mampu menyunggingkan senyum termanisnya bersama munculnya mentari di pagi hari. dan Senja yang menjadi saksi Perjalanan Cinta anak Manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H