Mohon tunggu...
Yunhy Ammarsyah
Yunhy Ammarsyah Mohon Tunggu... -

Jangan berhenti untuk menuliskan semua yang ada di pikiranmu, menulislah dengan hati pasti akan sampai ke hati para pembaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelaki dan Senja

10 Februari 2016   11:51 Diperbarui: 10 Februari 2016   14:21 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

karang,lalu ia mencoba membalas pesan dari Bunga, ”kabarku baik” hanya itu yang bisa ia ketik dalam pesan singkatnya.

Sebab perasaan Rudy sendiri sedang berperang melawan hatinya, yang bergemuruh saat itu.lalu ia melanjutkan langkah yang tadinya terhenti,raut wajahnya kembali menggambarkan sebuah kesedihan yang mendalam.

Tak berapa lama Rudy sampai di sekolah tempat ia mengajar,pagi itu ia harus mengajar tiga kelas, “bakal habis lagi ini suara saya”ucap Rudy lirih, lalu ia menuju ruangan Guru dan mengambil buku paket yang sering ia pakai untuk mengajar,ia melangkah menuju kelas IX dengan tegak tanpa ada rasa ragu yang menyelimutinya seperti saat baru tiba tadi,kini fikiranya terfokus kepada materi yang akan ia ajarkan.”selamat pagi,pak..!!” ucap anak-anak serentak Rudy hanya mengangguk sambil ia layangkan senyum termanis yang ia miliki,

****

Dua jam berlalu, akhirnya bel tanda pergantian pelajaranpun berbunyi,lalu Rudy meniggalkan kelas itu dengan langkah yang pasti,sambil tersenyum kepada siswa-siswanya, ia tak ingin terlihat sedih di depan mereka walau sebenarnya hati Rudy sangat rapuh atas segala peristiwa yang ia hadapi, Rudy menuju ruangan Guru dan berkumpul dengan teman-teman seprovesi dengan dirinya.beberapa jam kemudian telah berlalu, kini Rudy hanya menunggu jam pulang saja,kebetulan Rumah Rudy dengan Sekolah tidaklah terlalu jauh,jadi ia bisa berjalan kaki menuju ke Sekolah, walaupun ia mempunyai Sepeda Motor yang biasa mengantarkan ia ke sekolah.

Setiba di rumah jam telah menunjukan pukul 14.00 lalu Rudy segera mengambil air wudhu,dan melaksanakan Sholat Dluhur di kamarnya,setelah itu Handphone Rudy berbunyi matanya tak berkedip menatap layar Handphone, ternyata Bunga yang memanggil,dengan tangan yang gemetar ia lalu mengangkat telfon Bunga.

“Hallo, Assalamualaikum..”

Suara dari ujung sana, lalu Rudy menjawah. “Walaikum salam..”jawab Rudy, “kak maaf lewat telfon ini saya minta doa restu dari kakak,minggu depan saya akan menikah,”suara di telfon itu bagi Rudy adalah suatu Guntur yang menyambarnya di siang hari,wajah Rudy merah padam menahan rasa marah dan sedih,ia mencoba menjawab suara itu “iya,semoga kamu bahagia hidup bersama lelaki pilihanmu”setelah itu Rudy menutup handphone dan tanpa sadar ada butiran bening menyusup di sudut matanya hingga menganak sungai.

Namun kali ini Rudy tak ingin berlama-lama tenggelam dalam kesedihan, lalu ia bangkit dan mengusap air mata yang tadi sempat menetes itu. “aku harus bisa memberikan bukti bahwa aku bukanlah laki-laki yang lemah”bisik Rudy pada dirinya sendiri.

Setelah kejadian itu Rudy lebih banyak melakukan hal-hal yang positif ia selalu menggunakan waktu yang ada untuk mencari kegiatan yang bermanfaat.Rudy rajin ke sekolah untuk mengajari anak-anak Pramuka dan aktif di berbagai kegiatan. Itu semua ia lakukan agar ia melupakan segala hal tentang Bunga.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun