Mohon tunggu...
Yunhy Ammarsyah
Yunhy Ammarsyah Mohon Tunggu... -

Jangan berhenti untuk menuliskan semua yang ada di pikiranmu, menulislah dengan hati pasti akan sampai ke hati para pembaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelaki dan Senja

10 Februari 2016   11:51 Diperbarui: 10 Februari 2016   14:21 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jantung Rudy hampir copot ketika ada seseorang yang memegang pundaknya dan menyapanya”kamu kenapa nak”Tanya orang tua itu, yang kebetulan berada di masjid itu, “saya lagi banyak masalah pak”kata Rudy sambil menundukan wajahnya dari pandangan orang tua itu, “jika kamu mempunyai masalah, kamu berdoa mohon petunjuk-Nya”kata orang tua itu sambil berlalu dari hadapan Rudy. Hati Rudy seakan lega mendapat sebuah nasehat dari orang tua yang tak ia kenal itu, baginya orang tua yang sangat asing dan belum pernah ia ketemui sebelumnya.setelah itu Rudy beranjak dari masjid dan ia menuju Rumahnya yang tak jauh dari Masjid tersebut, sebuah rumah panggung yang khas daerah Mandar, tangga demi tangga ia naiki, dak akhirnya sampai juga ia di rumahnya, ia menuju ke kamarnya.

Lagi-lagi bayangan Bunga tak mampu diusirnya,semua karena rasa sayang yang teramat dalam itu yang kini menghantui setiap hari-hari pemuda ini, entah sampai kapan perasaan yang seperti itu akan hilang dari ingatanya.

“hmmm.. rasanya aku ingin Amnesia saja”bisik Rudy kepada dirinya sendiri,”mungkin dengan demikian aku tak akan seperti ini,bayangan yang menyiksaku”sambil melemparkan bantal kea rah dinding kamarnya.

Braakkk..!!!

****

Suara yang sangat keras sebab dinding rumah Rudy itu adalah Seng, jadi menimbulkan suara yang gaduh, lalu kakak perempuan Rudy berlari menuju ke kamar adiknya “kamu kenapa dik..?” Tanya kakak Rudy kepadanya sambil mengelus kepala adik semata wayangnya itu. “tidak kak, lagi kesal saja.”jawab Rudy sekenanya.

Setelah merasa tenang, kakak Rudy meninggalkanya seorang diri, mata Rudy hanya bisa berkelana menatap langit-langit kamar,di luar sana desir angin malam seakan beryanyi lagu kesunyian serupa hati Rudy yang sunyi,malam itu bintang tiada juga menyapa,semua enggan menampakan diri,entah mengapa, apakah semua merasakan hal yang sama dengan pemuda itu,hanya desir angin yang selalu setia menemani malam panjangnya.beberapa kali Rudy menguap,dan kemudian ia telah berada di alam mimpi.

Akhirnya pagi menyapa dengan sejuta harapan yang ada,mentari seolah tersenyum dan alam juga tak kalah gembiranya bersama pagi yang cerah seakan membawa harapan baru bagi pemuda itu, langkahnya tegak terayun menyongsong harapan yang kemarin hilang,Ia mampu tersenyum kembali walau luka hatinya masih menganga,ia mencoba memunguti semangat yang tersisa, kali ini wajahnya tak lagi muram.handphone yang ada di saku celananya berbunyi,

Tiing.. tiinng.. tiing…

Ternyata sebuah pesan, dengan segera ia buka pesan tersebut, matanya terbelalak,seketika itu serasa jantungnya berhenti berdengup.Deegg..! ternyata pesan dari Bunga,”bagaimana kabarnya kak?” pesan itu bagaikan petir disiang bolong,tiada angin tiada mendung tiba-tiba petir menyambar,seketika raut wajah Rudy berubah memerah,saat ini ia sedang berperang melawan hatinya, lama ia termangu dan memandang jauh kedepan sana, entah apa yang sedang ia pikirkan, hatinya bergemuruh ibarat ombak dilautan lepas yang suatu saat menghempas

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun