Mohon tunggu...
Dr Yundri Akhyar
Dr Yundri Akhyar Mohon Tunggu... Dosen - menulis, menulis dan menulis

menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyelesaian Masalah Kehidupan

26 Desember 2021   18:18 Diperbarui: 26 Desember 2021   19:02 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Ikuti Petunjuk Rasulullah

Kalau orang miskin, untuk menyelesakan masalah tidak perlu jadi kaya dulu, karena perlu diingat, semua orang berhak bahagia termasuk orang miskin, lalu cara untuk menyelesaikan masalah baik kaya maupun miskin sama saja yaitu dengan ikut aturan dari Rasulullah SAW nanti masalahnya akan diselesaikan oleh Allah SWT. Lazimnya lebih banyak masalah orang kaya dibandingkan dengan orang miskin, namun penyelesaiannya tidak perlu menjadi miskin dulu. Kunci penyelesaian ikuti arahan Rasulullah Saw dalam kehidupan maka Allah akan selesaikan sebesar apapun masalahnya.

Masalah-masalah itu timbul kepada seorang muslim karena tidak mau mengikuti cara hidup Rasulullah Saw, bukan karena penghasilan kecil atau karena miskin. Karena sesungguhnya Allah SWT telah mengutus Rasulullah Saw untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan manusia dunia dan akhirat. Ini mesti dicamkan ke dalam hati, agar kokoh keyakinan kita tentang hal ini. Banyak orang keliru beranggapan, orang miskin mengira masalahnya akan selesai  kalau sudah jadi orang kaya, padahal orang kaya itu yang banyak masalahnya, orang kampung berpikir masalahnya akan selesai kalau tinggal di kota, padahal orang kota itu pun bermasalah juga, itu artinya di mana-mana ada masalah, kemudian apapun profesi seseorang tetap ada masalah. Oleh karena itu berulang disampaikan bahwa untuk mengatasi masalah itu, amalkan amalan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw maka masalah akan diselesaikan oleh Allah SWT. Mengamalkan amalan Nabi itu mudah tidak susah bagi yang mau.

Jadi untuk menyelesaikan masalah kehidupan manusia di dunia dan akhirat, bukan jabatan, kekuasaan, harta, intan, emas, dan berlian, tetap apa yang dibawa Nabi yaitu agama. Maksudnya dengan agama semua masalah akan diselesaikan. Jamak orang mengira bahwa kehidupannya akan baik kalau memiliki harta, kekayaan, tinggal di rumah mewah, memiliki istri yang cantik, dan dan populer, padahal tidak ada janji Allah memberikan kebahagian kepada yang kaya, memiliki rumah yang bagus itu dan seterusnya, tidak ada janji Allah bahwa kehidupan yang baik akan datang kepada mereka dengan banyak materi dan benda-benda dunia, tetapi yang ada  janji Allah akan memberikan kehidupan baik itu kepada oang yang mengamalkan agama. Allah berfirman dalam al-Qur’an:

مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٩٧

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS. An-nahl ayat 97).

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kehidupan yang baik itu akan terbentuk dengan iman dan amal shaleh. Yaitu dengan ikut agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Begitu juga jika kita ingin hati tentram tidak gelisah, khawatir, ketakutan, obatnya adalah agama, bukan uang banyak, harta, ataupun jabatan yang tinggi.

B. Taat Kepada Allah Keberkahan akan Datang

Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT wajib meyakini, bahwa sumber ketenangan jiwa dan ketentraman hati yang hakiki adalah dengan berzikir kepada kepada Allah SWT, dengan cara semua ketaatan kepada Allah seperti shalat, puasa, membaca al-Qur’an, perbanyak berdoa kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang maha Indah, bersedekah, dan lain-lain. Allah berfirman:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ ٢٨

Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram (Qs. ar-Ra’du: 28).

Dengan berzikir kepada Allah SWT segala kegalauan dan kegundahan dalam hati mereka akan hilang dan berganti dengan kegembiraan dan kesenangan. Bahkan, tidak ada sesuatupun yang lebih besar mendatangkan ketentraman dan kebahagiaan bagi hati manusia melebihi berzikir kepada Allah.

Kata ulama, maksud zikir dalam ayat surat ar-Ra`du 28 di atas adalah taat kepada Allah, dengan taat kepada-Nya, jiwa akan tentram dan tenang. Ulama lain mengatakan sesungguhnya esensi zikir ada pada kesadaran penuh akan pengawasan Allah dalam segala aspek kehidupan manusia. Kesadaran akan kehadiran dan pengawasan Allah inilah yang akan membuat hidup menjadi tenang dan tenteram. Sebab, hidup dalam pengawasan Allah pasti mengarahkan seseorang untuk tampil humanis, amanah, disiplin, dan taat hukum. Dengan demikian, zikir seharusnya tidak hanya di forum-forum tertentu, seperti masjid atau mushala, tetapi juga harus melekat saat berbisnis, bekerja, mengajar, rapat tertutup maupun terbuka, dan dalam semua kesempatan.

 Jadi jangan kita salah menyakini lagi bahwa kebendaan dapat menyelesaikan masalah. Membuktikan hal ini bisa diambil pelajaran dalam al-Qur’an yang telah menceritakan bagaimana melimpahnya kebendaan pada Fir’aun, Qarun dan Namrud akan tetapi kebendaan itu tidak bisa menyelesaikan masalah-masalah mereka. Hidup mereka penuh dengan masalah, kegelisahan, dan ketakutan sehingga mereka diadzab oleh Allah SWT. Dengan demikian, hanya dengan agama masalah akan selesai.

Salah seorang ulama salaf berkata, “Sungguh kasihan orang-orang yang cinta dunia, mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan dunia ini, padahal mereka belum merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia ini.” maka ada yang bertanya, “Apakah kenikmatan yang paling besar di dunia ini?” Ulama ini menjawab, “Cinta kepada Allah, merasa tenang ketika mendekatkan diri kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta merasa bahagia ketika berzikir dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya”.

Ini sesuai pula dengan makna ucapan yang masyhur dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitab al-Waabilush shayyib “Sesungguhnya di dunia ini ada jannnah (surga), barangsiapa yang belum masuk ke dalam surga di dunia ini maka dia tidak akan masuk ke dalam surga di akhirat nanti.” Makna “surga di dunia” dalam ucapan beliau ini adalah kecintaan (yang utuh) dan ma’rifah (pengetahuan yang sempurna) kepada Allah SWT dengan memahami nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan cara baik dan benar serta selalu berzikir kepada-Nya, yang dibarengi dengan perasaan tenang dan damai ketika mendekatkan diri kepada-Nya, serta selalu mengesakan-Nya dalam kecintaan, rasa takut, berharap, bertawakkal (berserah diri) dan bermuamalah, dengan menjadikan kecintaan dan keridhaan Allah SWT satu-satunya yang mengisi dan menguasai pikiran, tekad dan kehendak seorang hamba. Inilah kenikmatan di dunia yang tiada bandingannya dengan apapun.

Jika kita tinggal di suatu kampung atau negeri dan kita ingin penduduk kampung atau negeri tersebut mendapatkan kesejahteraan, keberkahan dan kemakmuran, itu caranya juga dengan mengamalkan menjaga ketaatan kepada Allah SWT. Dalam hal tersebut, Allah telah berfirman dalam surah al-A’raf:

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ٩٦

Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS. Al-A`raf: 96).

        Keberkahan bukan dengan banyaknya kebun-kebun, pemandangan indah, banyaknya sungai-sungai di kampung itu, dan bukan pula dengan banyaknya orang-orang pintar, ahli ekonomi, ahli politik di sana, akan tetapi keberkahan itu hanya dengan amalan agama dan taat kepada Allah.

        Berkali-kali Allah perintahkan kepada hamba-Nya di dalam al-Qur’an untuk mengikuti Rasulullah, dan jangan ikut orang kafir, orang kafir itu walinya setan, dia mengeluarkan manusia dari cahaya (nur) kepada kegelapan. Allah adalah wali orang-orang beriman, Dia mengeluarkan orang-orang beriman itu dari kegelapan kepada cahaya. Kesusahan-kesusahan yang datang kepada seseorang, karena ia tidak mau mengikuti Rasulullah, bahkan saat ini umat Islam semangat mengikuti cara orang kafir, mengikuti cara pergaulan, berpakaian, konsep dan pemahaman mereka bahkan ikut menyemarakkan perayaan natal dan lain sebagainya.

C. Sudah Berzikir Masih Gelisah

Banyak orang bertanya, saya sudah berzikir, sudah mengamalkan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, tetapi jiwa saya masih gelisah, tidak tenang, ada rasa gundah gulana, masih merasa gamang dalam menjalani hidup, kira-kira apalagi penyebabnya? Jawabnya tentang hal ini telah diuraikan oleh Imam al-Ghjazali dalam kitabnya Ihya 'Ulumuddin, ia menjelaskan tentang keajaiban hati (aja'ib al-qalb). Beliau mengilustrasikan, jika seseorang sedang berjalan, lalu ada anjing yang hendak mengganggu dan ia menghardiknya, maka anjing itu akan segera pergi. Namun, bila di sekitar orang itu banyak tulang dan daging yang menjadi makanannya, maka anjing tersebut tidak akan pergi meskipun dihardik atau dibentak dengan keras. Kalaupun ia pergi, paling hanya sebentar, kemudian mengintai lagi, menunggu orang itu lengah lalu segera kembali.

Dengan ilustrasi tersebut, Imam al-Ghazali ingin menjelaskan bahwa zikir itu ibarat sebuah hardikan terhadap setan. Zikir baru akan efektif, kalau hati kita bersih dari makanan setan. Kalau hati sudah bersih, maka zikir akan mampu menghardik setan. Sebaliknya, bila hati dipenuhi dengan makanan setan, maka zikir sebanyak apa pun tidak akan sanggup mengusir setan. Bahkan, setan akan ikut berzikir pula dalam hati kita. Oleh sebab itu, tidak ada pilihan lain, bila ingin zikir efektif dan mempunyai kekuatan, maka kita harus membersihkan hati dari segala macam makanan setan. Al-Ghazali menambahkan, makanan setan menjadi peluang dan pintu masuk (madkhal) setan. Pintu masuknya adalah segala bentuk penyakit hati. Dan di antara akses masuknya setan yang merupakan penyakit hati yang kerap menyerang manusia adalah ambisi (al-hirts). 

Al-hirts adalah ambisi atau keinginan yang sangat rakus, dan selalu ingin lebih. Akibatnya, ia menjadi tuli dan buta mata hatinya. Dan ia pun rela melakukan apa saja demi mencapai ambisi dan kerakusannya. Rasulullah SAW mengingatkan, sebagaimana hadis Beliau terdapat dalam kitab al-Maqashid al-Hasanah karya al-Sakhawi:

حبٌك الشيئ يعمي و يصم

“Cintamu pada sesuatu akan membuatmu buta dan tuli”. (HR. Abu Dawud & Ahmad)

Menukil penjelasan al-‘Askhary, menurut al-Sakhawi dalam hadis ini Nabi ingin memberikan penjelasan bahwa cinta terkadang bisa membutakan seseorang dari jalan yang penuh dengan petunjuk Allah, serta dapat menulikannya untuk mendengar perkataan yang benar. Menurut al-Sakhawi, seseorang yang mengalami cinta yang hebat dalam hatinya terhadap orang yang ia kasihi namun tidak dikendalikan oleh akal dan agamanya, maka cinta itu akan membuat ia tuli dan buta. Sebagaimana sebuah syair Imam Syafi’i mengatakan:

عين الرضى عن كل عيب كليلة كما أن عين السخط تبدي المساويا

Pandangan simpati menutupi segala cela, sebagaimaan pandangan benci menampakkan segala cacat.

Jadi, jika seseorang telah mencintai sesuatu, kecintaannya itu akan menyebabkan ia menjadi buta dan tuli. Inilah yang menyebabkan zikirnya tak mampu menenangkan hatinya. Namun perlu diingat, bahwa tidak semua cinta selalu bermakna negatif, sebab kecintaan yang membuat buta dan tuli juga terjadi pada para sufi terhadap Allah SWT. Karena itu, jika sedang bermunajat kepada Allah, para sufi seakan tenggelam hingga tidak merasakan sekitar. Mereka menjadi buta dan tuli pada selain Allah. Ini lah cinta yang positif yang membuat hati tenang dan tentram.

D. Komitmen Meninggalkan Kemaksiatan

        Kebahagiaan tidak bisa diukur dengan kekayaan dan kemiskinan. Banyak orang mengatakan bahwa jalan untuk penyelesaian masalah dan mendapatkan bahagia itu dengan jalan memberantas kemiskinan, kata mereka jika masih miskin tidak mungkin bahagia, jadi kalau mau bahagia mesti kaya dulu. Cara berpikir seperti adalah pikiran yang keliru karena kebahagian itu tidak bergantung pada kekayaan, betapa banyak orang kaya tetapi hidupnya tidak tenang. Sebaliknya banyak pula orang miskin yang bahagia.

        Memberantas kemiskinan bukanlah program Nabi Muhammad Saw, ini tidak ada dalam al-Qur’an dan hadis. Program Nabi adalah memberantas kemaksiatan, mencegah kemaksiatan itu bisa dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah dan berusaha sungguh-sungguh untuk selalu melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Jika kemaksiatan telah diberantas keberkahan akan datang, hidup akan tentram, damai, dan makmur.

          Manusia dikaruniai oleh Allah SWT akal dan hati nurani. Kecenderungan setiap orang atau fitrah seseorang adalah berpihak kepada hati nurani karena hati nurani akan memberikan tanda yang selalu berkiblat pada kebenaran. Ini adalah fitrah yang dimiliki oleh setiap insan ciptaan Allah. Dengan demikian, sejatinya setiap manusia mempunyai kecenderungan kepada kebenaran yang diwakili oleh hati nurani. Namun persoalannya, seberapa kuat komitmen seseorang untuk jujur dan berpihak kepada hati nuraninya, sehingga apa yang dilakukannya selalu yang diridhai oleh Allah SWT dan komitmen meninggalkan maksiat. Hal inilah,  perlunya tuntunan agama dalam kehidupan seseorang. Sehingga memiliki grit atau ketabahan dalam menjalankan agama dan meninggalkan kemaksiatan sehingga hidupnya tenang, tentram dan bahagia.

E. Sains Teknologi tidak Menyelesaikan Masalah

        Banyak orang mengira bahwa dengan kemajuan sains teknologi bisa berjaya dan menyelesaikan masalah. Padahal perkembangan sains dan teknologi hanya sistem alami (nizhamul kainat) yang dibuat dan dikembangkan oleh manusia sebagai rangsangan kehidupan saja dan itu tidak akan bisa menyelesaikan masalah manusia tersebut dan tidak akan membuat bahagia sebenarnya, karena Allah SWT tidak meletakkkan bahagia itu pada sains dan teknologi tetapi Allah telah meletakkan kebahagiaan hidup manusia hanya dalam agama. Oleh karena itu, bagaimanapun tingginya kemajuan sains dan teknologi tidak akan bisa membahagiakan manusia,

        Saat ini kita sering mendengar nama-nama para penguasa raksasa teknologi dan mereka silih berganti diumumkan oleh majalah Forbes sebagai pemecah rekor orang terkaya dunia, sebut saja Bill Gates dengan microsoftnya, Jeff Bezos dengan amazonnya, Mark Elliot Zuckerberg dengan facebook, kabarnya ia akan menjadikan peruhaannya itu dengan metaverse dan Jack Ma dengan Ali Babanya. Semua mereka tersebut adalah orang-orang yang hebat di bidang teknologi, uang terus mengalir ke rekening mereka, terkaya dunia, ada yang jalan-jalan ke ruang angkasa. Namun pertanyaannya, apakah mereka bahagia? Jawabnya, jika tidak taat kepada Allah SWT tentu tidak akan bahagia selamanya, lalu bagaimana dengan manfaat kekayaan dan teknologi itu untuk mereka? Itu hanya sebagai rangsangan kehidupan saja, kesenangan sesaat saja namun secara hakikinya tidak membahagiakan.

        Tetapi orang yang mengamalkan agama pasti Allah datangkan ketentraman, keamanan, kesejahteraan, kemakmuran, dan keberkahan kepadanya. Maka yakinkan diri kita dan beritahu dunia  bahwa kebahagiaan manusia itu dalam agama dan ta’at kepada Allah SWT bukan dalam kebendaan berupa teknologi tersebut (walaupun kita dianjurkan untuk menguasainya), jika kita amalkan agama dalam keadaan apapun Allah SWT akan membahagiakan kita.

        Ada ungkapan orang tinggal di gubuk derita, maksudnya karena tinggal di gubuk derita itu hidup menderita, itu adalah maksud yang salah, karena yang membuat orang menderita bukan gubuknya tapi dosanya yang tidak taat kepada Allah SWT. Dulu waktu sekolah di Pesantren Musthafawiyah, penulis juga tinggal di gubuk yang ukurannya sangat kecil, tetapi waktu itu masih kecil baru-baru dibebani hukum (mukkallaf), waktu dihabiskan untuk menuntut ilmu dan beramal, sungguh bahagia.  Orang berdosa dan tidak mau taat kepada Allah SWT, dan menguasai sains dan teknologi meskipun ia tinggal di istana dia tetap gelisah. Karena sudah ketentuan dari Allah bahwa untuk bahagia itu adalah amalkan agama.

        Masalah gelisah itu bukan karena tidak menguasai sains dan teknologi tetapi karena ada dosa. Jangankan karena tinggal dalam gubuk kecil, Nabi Ibrahim saja dibakar dalam api, tentu api khasiatnya panas untuk membakar dan menghanguskan akan tetapi karena Nabi Ibrahim orang yang mengamalkan agama secara sempurna, di dalam api pun Dia  dibahagiakan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, yang membuat orang gelisah itu karena ada dosa, tidak mengamalkan agama, jika dosa tetap dilakukan sampai mati tidak ada bahagianya.

          Perlu jadi perhatian, perkara dosa atau kesalahan itu jangankan manusia, binatang saja kalau ia berbuat salah tetap gelisah. Contohnya, di rumah kita ada kucing lalu kita beri makan, kita lewat bolak balik pun dia tetap tenang saja makan. Akan tetapi ketika dia mencuri makanan di rumah itu, kita masuk ke rumah dia melihat kita masuk dia melompat lari, itu kucing, dia tahu dan mengerti ia bersalah, apalagi manusia. Kalau manusia tidak bergeming ketika berbuat dosa, berarti lebih rendah derajatnya dari kucing atau binatang. Oleh karena itu, ingin mahagia, caranya tetap mengamalkan agama, tidak bisa hanya harta, jabatan, menguasai ilmu dan teknologi saja. Itu semua hanya rangsangan kehidupan bukan untuk kebahagiaan yang sebenarnya.

Pekanbaru, 26 Desember 2021

Dr. Yundri Akhyar, MA

Pimpinan Pesantren Al-Kifayah Riau

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun