Memberantas kemiskinan bukanlah program Nabi Muhammad Saw, ini tidak ada dalam al-Qur’an dan hadis. Program Nabi adalah memberantas kemaksiatan, mencegah kemaksiatan itu bisa dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah dan berusaha sungguh-sungguh untuk selalu melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Jika kemaksiatan telah diberantas keberkahan akan datang, hidup akan tentram, damai, dan makmur.
     Manusia dikaruniai oleh Allah SWT akal dan hati nurani. Kecenderungan setiap orang atau fitrah seseorang adalah berpihak kepada hati nurani karena hati nurani akan memberikan tanda yang selalu berkiblat pada kebenaran. Ini adalah fitrah yang dimiliki oleh setiap insan ciptaan Allah. Dengan demikian, sejatinya setiap manusia mempunyai kecenderungan kepada kebenaran yang diwakili oleh hati nurani. Namun persoalannya, seberapa kuat komitmen seseorang untuk jujur dan berpihak kepada hati nuraninya, sehingga apa yang dilakukannya selalu yang diridhai oleh Allah SWT dan komitmen meninggalkan maksiat. Hal inilah,  perlunya tuntunan agama dalam kehidupan seseorang. Sehingga memiliki grit atau ketabahan dalam menjalankan agama dan meninggalkan kemaksiatan sehingga hidupnya tenang, tentram dan bahagia.
E. Sains Teknologi tidak Menyelesaikan Masalah
    Banyak orang mengira bahwa dengan kemajuan sains teknologi bisa berjaya dan menyelesaikan masalah. Padahal perkembangan sains dan teknologi hanya sistem alami (nizhamul kainat) yang dibuat dan dikembangkan oleh manusia sebagai rangsangan kehidupan saja dan itu tidak akan bisa menyelesaikan masalah manusia tersebut dan tidak akan membuat bahagia sebenarnya, karena Allah SWT tidak meletakkkan bahagia itu pada sains dan teknologi tetapi Allah telah meletakkan kebahagiaan hidup manusia hanya dalam agama. Oleh karena itu, bagaimanapun tingginya kemajuan sains dan teknologi tidak akan bisa membahagiakan manusia,
    Saat ini kita sering mendengar nama-nama para penguasa raksasa teknologi dan mereka silih berganti diumumkan oleh majalah Forbes sebagai pemecah rekor orang terkaya dunia, sebut saja Bill Gates dengan microsoftnya, Jeff Bezos dengan amazonnya, Mark Elliot Zuckerberg dengan facebook, kabarnya ia akan menjadikan peruhaannya itu dengan metaverse dan Jack Ma dengan Ali Babanya. Semua mereka tersebut adalah orang-orang yang hebat di bidang teknologi, uang terus mengalir ke rekening mereka, terkaya dunia, ada yang jalan-jalan ke ruang angkasa. Namun pertanyaannya, apakah mereka bahagia? Jawabnya, jika tidak taat kepada Allah SWT tentu tidak akan bahagia selamanya, lalu bagaimana dengan manfaat kekayaan dan teknologi itu untuk mereka? Itu hanya sebagai rangsangan kehidupan saja, kesenangan sesaat saja namun secara hakikinya tidak membahagiakan.
    Tetapi orang yang mengamalkan agama pasti Allah datangkan ketentraman, keamanan, kesejahteraan, kemakmuran, dan keberkahan kepadanya. Maka yakinkan diri kita dan beritahu dunia  bahwa kebahagiaan manusia itu dalam agama dan ta’at kepada Allah SWT bukan dalam kebendaan berupa teknologi tersebut (walaupun kita dianjurkan untuk menguasainya), jika kita amalkan agama dalam keadaan apapun Allah SWT akan membahagiakan kita.
    Ada ungkapan orang tinggal di gubuk derita, maksudnya karena tinggal di gubuk derita itu hidup menderita, itu adalah maksud yang salah, karena yang membuat orang menderita bukan gubuknya tapi dosanya yang tidak taat kepada Allah SWT. Dulu waktu sekolah di Pesantren Musthafawiyah, penulis juga tinggal di gubuk yang ukurannya sangat kecil, tetapi waktu itu masih kecil baru-baru dibebani hukum (mukkallaf), waktu dihabiskan untuk menuntut ilmu dan beramal, sungguh bahagia.  Orang berdosa dan tidak mau taat kepada Allah SWT, dan menguasai sains dan teknologi meskipun ia tinggal di istana dia tetap gelisah. Karena sudah ketentuan dari Allah bahwa untuk bahagia itu adalah amalkan agama.
    Masalah gelisah itu bukan karena tidak menguasai sains dan teknologi tetapi karena ada dosa. Jangankan karena tinggal dalam gubuk kecil, Nabi Ibrahim saja dibakar dalam api, tentu api khasiatnya panas untuk membakar dan menghanguskan akan tetapi karena Nabi Ibrahim orang yang mengamalkan agama secara sempurna, di dalam api pun Dia  dibahagiakan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, yang membuat orang gelisah itu karena ada dosa, tidak mengamalkan agama, jika dosa tetap dilakukan sampai mati tidak ada bahagianya.
     Perlu jadi perhatian, perkara dosa atau kesalahan itu jangankan manusia, binatang saja kalau ia berbuat salah tetap gelisah. Contohnya, di rumah kita ada kucing lalu kita beri makan, kita lewat bolak balik pun dia tetap tenang saja makan. Akan tetapi ketika dia mencuri makanan di rumah itu, kita masuk ke rumah dia melihat kita masuk dia melompat lari, itu kucing, dia tahu dan mengerti ia bersalah, apalagi manusia. Kalau manusia tidak bergeming ketika berbuat dosa, berarti lebih rendah derajatnya dari kucing atau binatang. Oleh karena itu, ingin mahagia, caranya tetap mengamalkan agama, tidak bisa hanya harta, jabatan, menguasai ilmu dan teknologi saja. Itu semua hanya rangsangan kehidupan bukan untuk kebahagiaan yang sebenarnya.
Pekanbaru, 26 Desember 2021
Dr. Yundri Akhyar, MA