Begitu tiba di Surya Kencana. Langit kadang mendung, kadang cerah. Angin begitu kencang, bisa jadi karena sudah terlalu sore karena langit mulai berangsur-angsur menggelap.
Tapi siapa sangka, beberapa detik kemudian Sese mengucapkan kata-kata yang sangat di luar nalar manusia.
"Luas banget, ini kalo di jual berapa duit ya."
"Bisa kali di jadiin Mall, orang berhektar-hektar gini."
Ketika mengucapkan kata-kata itu semuanya nampak biasa saja, namun Putri tidak. Wajahnya terlihat kesal, dan mulai menasehati temannya.
"Se, ini di Gunung. Jangan sompral." Tegur nya dengan suara sedikit membentak.
"Eh, iya maaf. Habis luas banget sih."
Setelah mengatakan itu Sese berjalan seperti tidak ada yang terjadi, masih dengan semangat yang membara. Dan, keanehan pun mulai terjadi.
Malam telah tiba, langit mendung yang menyebabkan Bintang tidak hadir malam ini. Mereka memasak, makan dan masing-masing menikmati malam sembari kedinginan di dalam sleeping bag.Â
Tengah malam hujan turun cukup lebat, ketika Putri terbangun Lala sudah seperti orang terkena hipotermia. Tubuhnya menggigil, bibirnya seperti ingin mengucapkan kata 'tolong' namun tidak bisa bersuara.
Putri segera mengeluarkan termos yang berisi air hangat dari dalam tas logistiknya. Lala tergerak untuk duduk dan segera meminumnya dengan cepat. Sedangkan, Sese. Ia tertidur nyenyak. Tapi sesaat kemudian tubuh Lala kembali normal.