Mohon tunggu...
Yuli Ika Lestari
Yuli Ika Lestari Mohon Tunggu... Guru - Ibu Guru

Ibu guru yang suka melihat murid-muridnya tertawa, mengutak-atik resep, serta menyukai sejarah dan kajian budaya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan di Negeri Dongeng?

1 April 2023   10:59 Diperbarui: 1 April 2023   11:04 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Foto prewed  diunggah, menjadi  tagar

lempar bouquet dan kecupan mesra menyapa beranda

mimpikan pangeran tampan berkuda istana kaca 

Ribuan kerjap kamera mengabadikan senyum suka, pura-pura atau sinis manja.

Di bulan berikutnya baby shower atau tingkepan,  menanti. Memegang tradisi demi dianggap loving country. Memilah popok dan lap ingus via online dan menandai selusin orang untuk sekadar memberi ibu jari.  

 Selusin mainan dan popok bermerek terkini,  pompa ASI  otomatisasi, dan pil diet ekstra mujarab berlomba mengambil tempat di sisi lemari.  Jangan lupa selfie  dengan baby  caption-nya "the best mom ever".

Suami-suami harus ingat anniversary,  telah dicatat bulat-bulat  agar semua sanak handai taulan rekan dan kenalan  tahu, syukur-syukur mengucapkan. 

 "Kuingin dompet dan cinta sama besarnya, sama tebalnya,

 jauhkan diri dari keriput dan lemak perut, 

Amin.."

itu doa istri abad ini

Bila badai ketiga hadir,  barisan haters dibentuk, mengutuk 

 menerbitkan empati digital demi viral.

Rumor  adalah humor.

Bocah bocah menonton dagelan yang dilakoni emak bapaknya sendiri.

Jika malam tiba mengurai galaksi, baru rasakan sepahnya nasi, dan pahit ludah sendiri

bagai bulu mata waterproof,  gagal menyerap airmata.

Palsu. 

Dunia  maya  muntah kata-kata, lompat liar menampar. 

kejar mengejar  di meja makan bebas ongkir

berpacu dengan ojek online dan layanan delivery order .

sampai bila mesin peradaban menggerusmu? 

Hingga luntur pupur dan pucat wajahmu?

Keriput yang kau kutuk, krim dokter yang membujuk

Tawa dan airmata sama amisnya

Sahabat maya yang tak hangat di pundak, kaku dalam gelak

 sengak wangi bedak,  senyummu gentar gemetar dihujam jutaan komentar.

 Inikah jalan jamak perempuan

berpupur tahi  made in Paris, di balik daster ia menangis

Perempuan,

Jenaka nian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun