Foto prewed  diunggah, menjadi  tagar
lempar bouquet dan kecupan mesra menyapa beranda
mimpikan pangeran tampan berkuda istana kacaÂ
Ribuan kerjap kamera mengabadikan senyum suka, pura-pura atau sinis manja.
Di bulan berikutnya baby shower atau tingkepan,  menanti. Memegang tradisi demi dianggap loving country. Memilah popok dan lap ingus via online dan menandai selusin orang untuk sekadar memberi ibu jari. Â
 Selusin mainan dan popok bermerek terkini,  pompa ASI  otomatisasi, dan pil diet ekstra mujarab berlomba mengambil tempat di sisi lemari.  Jangan lupa selfie dengan baby caption-nya "the best mom ever".
Suami-suami harus ingat anniversary, telah dicatat bulat-bulat  agar semua sanak handai taulan rekan dan kenalan tahu, syukur-syukur mengucapkan.Â
 "Kuingin dompet dan cinta sama besarnya, sama tebalnya,
 jauhkan diri dari keriput dan lemak perut,Â
Amin.."
itu doa istri abad ini
Bila badai ketiga hadir,  barisan haters dibentuk, mengutukÂ
 menerbitkan empati digital demi viral.
Rumor  adalah humor.
Bocah bocah menonton dagelan yang dilakoni emak bapaknya sendiri.
Jika malam tiba mengurai galaksi, baru rasakan sepahnya nasi, dan pahit ludah sendiri
bagai bulu mata waterproof, Â gagal menyerap airmata.
Palsu.Â
Dunia  maya  muntah kata-kata, lompat liar menampar.Â
kejar mengejar  di meja makan bebas ongkir
berpacu dengan ojek online dan layanan delivery order .
sampai bila mesin peradaban menggerusmu?Â
Hingga luntur pupur dan pucat wajahmu?
Keriput yang kau kutuk, krim dokter yang membujuk
Tawa dan airmata sama amisnya
Sahabat maya yang tak hangat di pundak, kaku dalam gelak
 sengak wangi bedak,  senyummu gentar gemetar dihujam jutaan komentar.
 Inikah jalan jamak perempuan
berpupur tahi  made in Paris, di balik daster ia menangis
Jenaka nian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H