Mohon tunggu...
Yuli D A
Yuli D A Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya Aku

Diam tanpa Ekspresi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kupu-Kupu Biru

30 Juli 2022   15:00 Diperbarui: 1 Agustus 2022   20:00 2016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan saat itu pertemuannya degan Aliya menyisakan dua permintaan saja dan setelah itu dia akan menjadi manusia. Peri Ananta berharap Aliya terbantu olehnya dan diapun mendapatkan apa yang dia inginkan.

 "Jadi manusia tidak seindah yang kamu bayangkan. Kalau aku bisa memilih aku tak ingin dilahirkan." Gumamnya sembari mengusap air matanya yang meleleh di pipinya.

Peri Ananta tersenyum, dia pun berkata, "Aku tidak akan menyesal, karena sebentar lagi aku akan bertemu dengannya. Katakanlah apa yang bisa aku bantu?"

"Baiklah,aku harap kamu bisa melakukannya. Aku ingin mati."

Peri Ananta terkejut, kemudian dia berfikir  dan berkata, "Maaf Aliya, aku tidak bisa melakukannya. Tapi aku bisa mengeluarkan jiwa dari ragamu, bagaimana apakah kamu bersedia?" tawar Peri Ananta.

"Mengeluarkan jiwa dari ragaku, itu sama saja mati?" gumam Aliya.

"Tidak, saat jiwa keluar, ragamu akan tetap hidup hanya saja tak bisa bergerak. Seandainya nanti kamu ingin kembali ke ragamu, kamu bisa menggunakan permintaan yang terakhir. Bagaimana?" jelas Peri Ananta.

"Aku tak ingin kembali. Kau lakukan saja, segera keluarkan aku dari raga ini!" pintanya

Peri Ananta tersenyum kemudian mulutnya berkomat-kamit dan mengibaskan tangan mungilnya kearah Aliya dan seketika itu juga jiwanya keluar dari raga. 

Aliya mendapati tubuhnya diam terpaku dengan kedua mata tertutup, namun masih terlihat nafas yang teratur, seperti sedang tertidur pulas. 

Wajah Aliya berseri ketika merasakan seluruh tubuhnya ringan, tangan dan kakinya putih seperti kapas. Dia berlari, menari berputar-putar kegirangan, senyumnya merekah seakan baru terbebas dari belenggu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun