"Kenapa nggak sekalian mati saja. Hidup susah matipun tak bisa." Gumamnya
Beberapa menit kemudian seberkas cahaya putih melesat turun dari salah satu pohon pinus. Sesosok makhluk bersayap terbang rendah, rambut panjang putih berkilau senada dengan gaun panjang menjuntai. Aliya tertegun menatap makhluk mungil yang saat itu berada satu jengkal dari wajahnya.
"Hai.... Aku Peri  Ananta. Aku tak sengaja mendengar teriakanmu. Sepertinya kamu ada dalam masalah, apa kamu perlu bantuan?" katanya sembari tersenyum hangat.
"Peri, Apa aku tak salah lihat?" gumamnya.
Peri Ananta meyakinkan pada Aliya bahwa dia tidak salah lihat, kemudian merekapun berkenalan.Â
Peri Ananta menceritakan tentang obsesinya untuk menjadi anak manusia.
Sepuluh tahun yang lalu dia bertemu dengan seorang gadis kecil yang asyik bermain sendiri di tepi sungai Zoba. Gadis itu seperti tidak mempunyai beban, dia menari, tertawa dan berlari kecil meski hanya ditemani kawanan kupu-kupu hutan.Â
Sebagai seorang peri yang mempunyai sayap panjang, dia tidak bisa menggunakan kakinya untuk berjalan dan ingin merasakan apa yang dirasakan gadis kecil itu.Â
Sampai suatu ketika gadis itu hanyut di sungai, untungnya pada saat itu dia berhasil menyelamatkannya, namun setelah itu gadis kecil tidak pernah terlihat lagi.
Kepergian gadis kecil membuat hatinya hampa, diapun menghadap ratu peri untuk meminta bantuan agar dirinya bisa menjadi seorang anak manusia karena dia ingin mencari keberadaan gadis kecil dengan tanda lahir kupu-kupu biru di punggung.Â
Keinginannya dikabulkan ratu peri dengan syarat dia harus membantu mengabulkan seribu permintaan manusia dan apabila dia berhasil dalam tirakatnya dia akan menjadi manusia seutuhnya, namun dengan resiko ingatan dan kekuatan perinya akan hilang selamanya.Â