Dan saat itu pertemuannya degan Aliya menyisakan dua permintaan saja dan setelah itu dia akan menjadi manusia. Peri Ananta berharap Aliya terbantu olehnya dan diapun mendapatkan apa yang dia inginkan.
 "Jadi manusia tidak seindah yang kamu bayangkan. Kalau aku bisa memilih aku tak ingin dilahirkan." Gumamnya sembari mengusap air matanya yang meleleh di pipinya.
Peri Ananta tersenyum, dia pun berkata, "Aku tidak akan menyesal, karena sebentar lagi aku akan bertemu dengannya. Katakanlah apa yang bisa aku bantu?"
"Baiklah,aku harap kamu bisa melakukannya. Aku ingin mati."
Peri Ananta terkejut, kemudian dia berfikir  dan berkata, "Maaf Aliya, aku tidak bisa melakukannya. Tapi aku bisa mengeluarkan jiwa dari ragamu, bagaimana apakah kamu bersedia?" tawar Peri Ananta.
"Mengeluarkan jiwa dari ragaku, itu sama saja mati?" gumam Aliya.
"Tidak, saat jiwa keluar, ragamu akan tetap hidup hanya saja tak bisa bergerak. Seandainya nanti kamu ingin kembali ke ragamu, kamu bisa menggunakan permintaan yang terakhir. Bagaimana?" jelas Peri Ananta.
"Aku tak ingin kembali. Kau lakukan saja, segera keluarkan aku dari raga ini!" pintanya
Peri Ananta tersenyum kemudian mulutnya berkomat-kamit dan mengibaskan tangan mungilnya kearah Aliya dan seketika itu juga jiwanya keluar dari raga.Â
Aliya mendapati tubuhnya diam terpaku dengan kedua mata tertutup, namun masih terlihat nafas yang teratur, seperti sedang tertidur pulas.Â
Wajah Aliya berseri ketika merasakan seluruh tubuhnya ringan, tangan dan kakinya putih seperti kapas. Dia berlari, menari berputar-putar kegirangan, senyumnya merekah seakan baru terbebas dari belenggu.Â