Peri Ananta merasa senang namun tiba-tiba sekelebat wajah gadis kecil yang pernah ditemuinya sepuluh tahun yang lalu muncul. Senyum Aliya mengingatkannya pada gadis kecil itu.
Peri Ananta terkejut kembali, ketika Aliya menarik tangannya mengajak berdansa, ternyata dari seluruh orang yang pernah dibantu, hanya Aliya yang bisa menyentuh dirinya. Hatinya berdesir 'Apakah ini tanda kekuatan Periku akan segera musnah?'
Mereka berdua menyusuri sungai kecil Zoba sambil berbincang-bincang tentang impian masing-masing, keakraban yang baru terjalin beberapa jam saja, seakan sudah puluhan tahun saling mengenal. Langkah Aliya berhenti ketika pandangannya terpaku pada seorang gadis yang dianiaya 3 temannya di atas jembatan. Gadis itu adalah Mia.
"Ada apa Aliya, kenapa kamu berhenti?" tanya Peri Ananta.
"Mereka teman-temanku. Dia, Mia sahabatku yang aku ceritakan tadi." Aliya menunjuk empat orang yang berada di tengah jembatan. Beberapa saat kemudian seorang dari mereka tanpa sengaja mendorong Mia hingga jatuh terjun ke sungai, beberapa kali tubuh itu menyembul dan beberapa kali tenggelam lagi. Mia tidak bisa berenang. ketiga anak itu ketakutan dan bergegas pergi dari tempat itu.
"Miaa..." teriak Aliya sambil berlari mendekati jembatan.
"Tolong...tolong..." teriak Mia.
"Peri tolong Mia, selamatkan dia! Cepat Peri tolong Mia dia tidak bisa berenang, dia akan mati kalau tidak ditolong, cepat lakukan aku mohon!"
"Tapi Aliya, permintaanmu tinggal sekali untuk kembali ke ragamu!"
"Apa aku pantas hidup, ketika temanku diambang kematian? Meskipun dia pernah berbuat jahat padaku, tapi aku yakin dia tidak benar-benar ingin menyakitiku? Permintaan kedua ku adalah selamatkan hidup Mia, sekarang!"
 "Aliya maafkan aku." air mata Peri Ananta menetes tatkala dia mulai membaca mantra, suaranya bergetar parau. Hatinya menjerit tak rela atas permintaan terakhir Aliya. Aliya tersenyum dan mengangguk perlahan seakan berkata aku baik-baik saja.