Pernahkan Pembaca mengeluh tentang penyakit yang kambuh? Siapapun kita, pasti pernah merasakan sakit ringan maupun berat. Sebab, keduanya anugerah Allah SWT.
Ketika diuji sakit, tentu tidak diam berpangku tangan bukan? Melainkan beriktiar semaksimal mungkin. Sedangkan hasil merupakan ketetapan-Nya.
Adapun ikhtiar dibarengi ibadah, semangat tinggi, sabar, berdoa mohon ampunan, yakin akan sembuh. Dengan begitu memudahkan jalannya pengobatan secara medis atau risalah.
Jika beragam usaha dijalani, tetapi sakit takkunjung sembuh, hanya bisa "Pasrah" kepada Pemilik takdir.Â
Pada hari Senin, 02 Januari 2023, dalam unggahan resep Perpaduan Tiga Bahan Utama, Menjadi Hidangan Istimewa. Saya berjanji akan membagikan kisah nyata yang saya lakoni.
***
Akhir November 2022 lalu, saya merasakan perut kembung, ingin muntah, serta nyengkal(nge-ganjal) di ulu hati. Bermula setelah mencicipi 2 hingga 3 iris buah Mangga Manalagi.
Memakan buah mangga sebenarnya bukan kali pertama. Ketika musim mangga, pohon mangga apel di halaman rumah ibu selalu berbuah. Jika matang, rasanya manis, berdaging tebal. Meski kerap memakan, perut aman.
Berbeda dengan Mangga Manalagi hasil kebun yang dipanen--kan kerabat. Semula saya mengira buah sudah kemrampuh (tua tapi belum masak) rasanya gurih.Â
Ternyata, kebalikaanya. Setelah mangga dikupas daging berwarna kuning muda.Â
Saya mencicipi 2 hingga 3 iris. Rasanya sedikit asam, selang beberapa waktu  kesehatan perut terganggu. Rasanya begah (penuh di bagian atas).Â
Lama-lama timbul nyeri ulu hati, menembus punggung. Sakit ini pernah saya derita jelang Ramadhan tahun 2021. Alhamdulillah, berkat obat herbal pembelian suami, sakit sembuh.Â
Saat kambuh, suami bergegas membeli penawar kembali, tetapi toko obat kehabisan. Produk baru tergantikan yang baru. Awalnya suami ragu membelinya. Saya meyakinkan, Â "bismillah saja"semoga menjadi jalan kesembuhan."Â
Meski sudah meminum, namun sakit takkunjung sembuh. Meski demikian, saya tetap beraktivitas serta menjalankan puasa sunnah.
***
Senin 5 Desember 2022, ba'da Maghrib, bersama suami saya memeriksakan diri lantaran perut mual.
 "Tensinya 130 per 80 Bu, Yuli. Sambil menunggu dokter, berbaring dulu, nggih." Ucap suster setelah memeriksa tensi darah. Dua menit kemudian, dokter beralih memeriksa.
"Kenapa bu?" Tanya dokter sambil merapikan stetoskopnya.Â
Saya pun menceritakan keluhan sedari awal.
Lanjutnya, "Nuwun sewu( maaf) saya periksa perutnya, nggih, bu."Dokter memerika perut sisi kanan dan kiri, begitu ditekan sambil ditepuk, menimbulkan bunyi "bung-bung" layaknya musik.Â
Tak lupa memeriksa detak jantung dan paru-paru. Alhamdulillah, hasilnya bagus.
Ibu menginginkan obat saja, atau sama suntikan? Jika mau suntik, biar sunter yang menyuntik." Jelas dokter ikhsan.
"Dua-duanya, dokter."
***
"Bu, bunyi kembung tadi, karena cairan lambung naik hingga tenggorokan. Penyakit ini namanya Gastroesophageal refluk(GERD). Pada dasarnya cara penangannya sama seperti asam lambung. Jelasnya.
Ketika dokter menuliskan beberapa resep, beliau kembali menerangkan cara penanganan GERD, yaitu:
 1. Merubah pola hidup
Banyak cara merubah pola hidup, misalnya tidak mengonsumsi makanan pedas, asam, serta yang bergas tinggi. Makanan berbahan ketan, durian, cokelat, dan yang mengandung lemak untuk sementara dijauhi.
2. Jauhi stres kerja
Menjahui stres, sesibuk apapun aktivitasnya. Dokter menyarankan agar tidak melewatkan waktu makan. Sering makan dalam porsi kecil. Tidur siang meski hanya sebentar, serta beristirahat malam lebih awal.
3. Hindari minuman berkafein
Selain 2 poin di atas, beragam minuman yang berkafein, ber-alkohol harus dijahui. Beruntung saya tidak pernah meminumnya.
Alhamdulillah, setelah menerapkan tiga pola hidup, asam lambung berangsur membaik. Namun masalah baru timbul.
***
Sabtu, 10 Desember 2022 lalu, suami membeli dua bungkus mie ayam, kemudian membaginya dengan saya sehubungan Nak Nang di tempat neneknya.
"Lho... ya nggak bakal habis, maem-ku kan, sitik-sitik( dikit-dikit). Tak ambil 5 sendok wae-lah." Terang saya pada suami.Â
Namun godaan mie yang lezat takmampu menolak. Dengan menambahkan sepucuk sendok teh saus tomat, mie tersantap. Beberapa saat kemudian, perut terasa melembung, ulu hati sedikit nyeri, dan punggung pegal.
Sakit pun berlanjut di hari Ahad jelang subuh. Begitu bangun tidur saya merasakan sakit di dada yang teramat sangat. Seakan-akan ada sesuatu yang hendak copot.Â
Sehubungan di Musala ada pengajian Ahad pagi, saya minta suami bergegas mengikutinya. Sedangkan saya beribadah di rumah sembari rebahan.
Alhamdulillah, setelah meminum obat, rasa sakit berkurang dan saya bisa melakukan ritual zikir pagi.
Ulu hati bagai dihantam palu godam
Senin 12 Desember 2022, saya terbangun di tengah malam. Mata sulit dipejamkan, hati pun gelisah. Rupanya ini dampak gerd.
Saya pun hanya bisa menunaikan ibadah di pembaringan, berlanjut dan berselawat. Saya merasa seakan-akan ini ibadah terakhir yang bisa dilakukan.
 Astaghfirullahhal' adzim.Â
***
Jelang subuh, saya dan suami bangun bersamaan untuk salat berjamaah. Tetapi sakit kembali menghampiri, ulu hati bagai dihantam palu godam lalu dicengkeram.Â
Rasa-rasanya ada sesuatu yang hendak keluar dari raga. Dan sulit bernapas. Saya kembali menghempaskan tubuh memegang dada, meringkuk kesakitan.Â
Astaghfirullah ya, Allah...
La haulla wala quwata illa billahil' aliyyil adzim. Â Usai salat subuh, saya melafalkan kalimat di atas berkali-kali sambil rebahan.
***
Nyeri sisi kiri ulu hati kerap menghampiri, sakitnya tembus ke punggung. Saya berusaha menahannya sampai gulung kuming, alias terguling meringkuk di tempat tidur.
Suami tidak tega melihatnya. Beliau mengajak ke dokter atau rumah sakit terpilih. Tetapi saya tidak mau, dengan alasan takut di vonis covid-19, seperti maraknya kasus tahun 2021.
***
'Astaghfirullah ya Allah, aku mohon ampunan-Mu. Jika ujian sakit ini sebagai penggugur dosaku, aku ikhlas menerima serta menjalani takdir-Mu.'
Mengerang kesakitan selama 4 jam membuat tubuh lemas, berkeringat dingin, membuat saya ketir-ketir (berpikir yang tidak-tidak).
 'Ya, Allah pemilik umur dan jiwa ini, bilamana takdirku hanya sampai di sini, aku ikhlas untuk kembali ke sisi-Mu, ya Rabb.'
Tetapi jika hamba masih diberi umur panjang dan kesehatan, izinkan untuk berikhtiar.
Â
Astaghfirullahhal' adzim
Allahumma Sholli'ala sayyidina Muhammad Wa'ala Ali sayyidinna Muhammad
Laa illah haa illah
Laa illah haa illah
Laa illah haa illah Muhammadarusulullah
La haula wala quwwata illa billahil'aliyyil adzim
Saat di titik nadir, saya mengucapkan kalimat di atas dengan terbata-bata.
***
Senin 12 Desember 2022, pukul 07:10 pagi suami kembali mengajak ke dokter. Saya masih diam.
Ketika saya hendak ke toilet yang berjarak beberapa langkah dari pembaringan, nyeri kembali menyerang. Sehubungan kondisi sudah lemas, saya ndeprok bersandar di pintu sembari memegang dada.
"Ayo ke dokter." Ajak saya pelan. Suami pun bergegas meninggalkan segelas kopinya.Â
Nah, bagaimana kondisi saya selanjutnya? Nantikan dalam anggitan berikutnya!
#AsamLambung
#KisahNyata
#CatatandiPenghujungTahun(Part 1)
#ArtikelYuliyanti
#Klaten, 15 Januari 2023
#MenulisdiKompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H