Mengutip dari detiknews.com-Sumur Tirto Mili yang mempunyai terowongan di bawah gunung. Panjangnya sekitar 1- 1,5 kilometer dengan 5 celah udara yang mirip sumur(luweng).Â
Luweng  tersebut memiliki diameter 10-15 meter. Proyek dibangun sekitar tahun 1911 hingga selessi pada tahun 1924.
Sekalipun terowongan tersebut sudah berumur ratusan tahun, namun masih kokoh dan berfungsi untuk mengalirkan air dari Rawa Jombor.
Sumur diberi pagar pembatas oleh warga sekitar. Konon, akan dijadikan wisata. Tetapi hingga kini belum terealisasi karena pandemi.
Sebagaimana dilansir oleh detik.com-Sumur Raksasa tersebut memiliki keunikan lain dari kisah sumur tua lainnya. Yaitu memiliki dinding lima tingkatan(berundak susun) dengan diameter terkecil di tingkat paling bawah.Â
Nampak beberapa tumbuhan liar menempel di dinding sumur menambah kesan tua ber aura mistis.
Dari semua sumur diketahui mulut luweng terbesar diterletak di Desa Jotangan. Memiliki diameter sekitar 10-15 meter dan kedalamannya berkisar 50 meter. Dengan saluran irigasi menuju Desa Jotangan, Cawas, dan Pedan.
Nah, itulah secuil kisah sejarah peninggalan Belanda pinggiran kota penulis. Semoga tetap terjaga kelestarian serta kemanfaatan untuk sesama.