Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_yuli_adja Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Terowongan dan Sumur Raksasa di Gunung Pegat, Saksi Sejarah Kolonial Belanda

18 September 2022   10:43 Diperbarui: 18 September 2022   19:56 4720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto saluran air Rawa Jombor/ sumber foto: detik.com/foto-news/d-5554384/melihat-luweng-dan-saluran-air-peninggalan-belanda-di-gunung-pegat-klaten

Mengutip dari detiknews.com-Sumur Tirto Mili yang mempunyai terowongan di bawah gunung. Panjangnya sekitar 1- 1,5 kilometer dengan 5 celah udara yang mirip sumur(luweng). 

Luweng  tersebut memiliki diameter 10-15 meter. Proyek dibangun sekitar tahun 1911 hingga selessi pada tahun 1924.

Sekalipun terowongan tersebut sudah berumur ratusan tahun, namun masih kokoh dan berfungsi untuk mengalirkan air dari Rawa Jombor.

Sumur diberi pagar pembatas oleh warga sekitar. Konon, akan dijadikan wisata. Tetapi hingga kini belum terealisasi karena pandemi.

Foto Sumur Raksasa/sumber gambar: www.kureta.id/sumur-raksasa-di-klaten-obyek-wisata-yang-tertunda_
Foto Sumur Raksasa/sumber gambar: www.kureta.id/sumur-raksasa-di-klaten-obyek-wisata-yang-tertunda_

Sebagaimana dilansir oleh detik.com-Sumur Raksasa tersebut memiliki keunikan lain dari kisah sumur tua lainnya. Yaitu memiliki dinding lima tingkatan(berundak susun) dengan diameter terkecil di tingkat paling bawah. 

Nampak beberapa tumbuhan liar menempel di dinding sumur menambah kesan tua ber aura mistis.

Dari semua sumur diketahui mulut luweng terbesar diterletak di Desa Jotangan. Memiliki diameter sekitar 10-15 meter dan kedalamannya berkisar 50 meter. Dengan saluran irigasi menuju Desa Jotangan, Cawas, dan Pedan.

Nah, itulah secuil kisah sejarah peninggalan Belanda pinggiran kota penulis. Semoga tetap terjaga kelestarian serta kemanfaatan untuk sesama.

Saluran irigasi dari terowongan Gunung Pegat di Desa Jotangan, Bayat. Dokpri yuliyanti
Saluran irigasi dari terowongan Gunung Pegat di Desa Jotangan, Bayat. Dokpri yuliyanti

Sumber bacaan 1, 2 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun