Mohon tunggu...
Yulia Ayul
Yulia Ayul Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Ayah Kapan Pulang"

29 Juni 2018   19:17 Diperbarui: 29 Juni 2018   20:34 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuliah wajah ibu seperti sedang mencari seseorang, rupanya ibuku mencari ku, memang sejak ibu datang aku berada di belakang pintu kamar nenek, karna aku merasa malu, jujur aku orang nya memang pemalu di saat saudara --saudara berdatangan aku tak berani keluar dari kamarku , entah kenpa dengan diriku ini aku pun bingun dengan sifat pemalu ku ini,

Tak lama terdengan suara bibi { kakak dari ibuku} memanggil --manggil namaku tak ku jawab panggilan bibi itu, sampai akhirnya bibi pun menuju kamarku , dan menyuruh ku untuk bertemu dengan ibu.

Aku pun menurutinya, berjalan lah aku menelusuri lorong --lorong rumah nenekku rumah peninggalan kakeku yang sederhana dan begitu antik.

Setelah sampai di ruang tamu ku bertemu dengan ibu, ku tak bias berkata apa- apa aku langsung memeluk erat ibu dengan tangisan bersahdu --sahdu.

Ibu : yu ini ibu belikan beberpa boneka untuk mu.

Ku lihat begitu banyak ibu membelikan kan ku boneka yang sangat bagus. Ku ucapkan terimakasih kepada ibuku dan ku kecup kening ibu.

Sudah beberapa tahun lamanya, aku, ibu, dan nenek tinggal satu rumah bertiga ,aku pun sudah duduk di sekolah dasar,

Waktu berlalu begitu cepat ,menit detik sudah ku lewati, hari demi hari ku jalanni bersama ibu dengan penuh ceria walau tak ada sosok ayah di samping ku.,kadang aku merasa iri dengan teman-teman ku setiap berangkat sekolah selalu di antarkan ayahnya  masing-masing walau pun tidak  berkendaran mobil atau motor, hanya sepedah yang mereka  gayuh setiap pagi tapi mereka memiliki kebahagian tersendiri,

Berdeda halnya dengan aku, setiap pagi ku berangkat kesekolah dengan berjalan kaki,

Ku telusuri jalan raya yang begitu banyak kendaran dan polusi yang berterbangan, jarak rumah kesekolah lumayan jauh tapi tak ada kata menyerah dalam diriku demi meujudkan cita --cita ku.

Ketika hujan turun, itu yang membuatku risau ku hanya memiliki satu seragam dan tak memiliki payung haya daun pisang yang menjadi pelindung ku di kala hujan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun